Lihat ke Halaman Asli

Surat Suara

Diperbarui: 18 Juni 2015   02:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kepada

Yang terhormat

Tuan yang empunya tuaian,

Salam sejahtera Tuanku,

Mohon maaf jika surat saya ini mengganggu liburan Tuan. Saya senantiasa mendoakan, semoga liburan Tuan akan menambah kesegaran dan bahkan mengembaikan semangat untuk kembali ke dunia kami.

Tuan...

Waktu kian cepat berlalu. Tahun-tahun berganti sesuka hati. Semakin lama, dunia juga menua. Sebelum berangkat liburan ke luar negeri, Tuan meninggalkan kebun anggur yang Tuan percayakan pada kami untuk digarap.

Tahun-tahun awal kepergian Tuan, kebun itu telah menyerupai ladang. Meluas hingga ke luar daerah. Penduduk di luar kita telah melihat keutamaan kami dalam menggarap kebun anggur setelah seorang pemuda cerdas yang Tuan utus memilih dua belas pekerja tangguh yang dengan tekun dan setia membagikan ilmu mencintai seperti yang Tuan kehendaki. Kami menjadi mengerti, dengan mencintai dan mengasihi, tanaman anggur pun berbuah lebat lagi manis. Berkualitas unggul. Hingga pekerja penggarapmu mampu menggarap lebih dari yang Tuan percayakan.

Namun, Pemuda itupun pergi karena fitnah. Dihilangkan nyawanya karena terlalu lantang bernyanyi. Situasi yang masih terjadi hingga kini, di zaman kami.

Ah, bukan itu yang ingin saya ungkapkan, Tuan...

Ini tentang kebun anggurmu yang luas. Masa bergulir tiada henti. Musim berganti tak terkendali. Bahkan, kini tak tertebak lagi. Panenan anggur mulai melimpah tak karuan sejak bertahun-tahun lalu. Kami kalah jumlah. Capek dan pegal rasanya jika musim panen tiba. Pesan Pemuda utusanmu, sebelum Dia tertikam, itu jelas. “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu, mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian supaya ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.”*

Sudah bertahun-tahun kami kirim proposal kepada Tuan yang berjenak di kota wisata. Kami sungguh ingin tambahan pekerja. Tapi Tuan masih menunda. Ya, Tuan pasti tak tahu tentang kebun anggurMu. Atau tak peduli?? Entah sedang apa dan di mana Tuan berada.

Anggur-anggurMu sudah banyak yang masak. Bahkan, di beberapa petak mulai membusuk. Beberapa petak yang lain puso karena hama tikus. Penjarah juga mulai beraksi. Merekrut anggur-anggurMu yang memang terlihat menganggur. Mematok petaknya dan mengklaim bahwa sebagian ladang itu menjadi milik mereka. Sebagian lainnya raib tinggal batang kering. Bagaimana ini??

Belum lagi, situasi dan kondisi para pekerja penggarap kebun anggurMu. Ada yang membelot dan berlari mencari tuan-tuan lain yang (menurut mereka) lebih menjanjikan. Beberapa yang lain membuat sertifikat palsu atas sepetak kebunMu. Yang lain, tidak pantaslah karakter dan kepribadiannya karena hanya mengenyangkan dan memuaskan nafsu badaniah semata. Abai akan panggilan, tugas, dan perutusannya sebagai pekerja penggarap kebun anggurMu. Sungguh mencederai martabat luhur dan kudus mereka sendiri.

Padahal Tuan tahu? KebunMu, ah... ladangMu begitu luas berhektar-hektar. Jika keadaan yang saya sampaikan di atas makin diabaikan, tak mengherankan kejadian luar biasa (KLB) ini makin meluas pula. Panen gagal. Bagaimana tindakan Tuan?? Apakah Tuan masih mau bergeming? Anggur-anggur mulai layu, lesu, tak bergairah, dan tak bersemangat. Semua kecil-kecil dan asam. Mau buat apa??

Ikatan harapan padaMu makin hari makin mengendur. Tapi kami, pekerja penggarap dan anggur-anggurMu yang meski tak seberapa ini masih setia, menaruh harapan akan kepedulian Tuan. Dari jurang yang dalam, kami berseru kepadaMu ya, Tuan.** Bersegeralah menolong kami. Tuan yang memulai pekerjaan baik di antara kami, akan berkenan menyelesaikannya pula.***

Demikianlah surat permohonan ini kami buat dengan kesungguhan hati dan niat yang tulus. Kami sangat mengharapkan bantuan dan campur tangan Tuan. Jika ada kesalahan ucapan dan kalimat, kami mohon maaf. Atas perhatian dan kerjasama Tuan, kami sampaikan terimakasih.

Kebun, masa kini...(hari, tanggal, bulan, dan tahun ini...)

Hormat kami,

Pekerja Penggarap Kebun Anggur

*             Luk. 10:2

**           Mzm. 130:1

***        bdk. Flp. 1:6

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline