Lihat ke Halaman Asli

Karuniawan Sagala

Luntang lantung

Please, Jangan Godain Aku!

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

malu ah... ni orang lebay beuth c.... ungkapan yang lucu sekaligus memberi isyarat nilai cara berfikir suatu masyarakat bagi aku. mengungkapkan rasa suka, sayang, kepada lawan jenis di depan khalayak, adalah sesuatu yang dinilai memalukan, dinilai tidak sopan, bahkan dalam situasi tertentu dinilai kurang ajar. lucu ya??!! padahal si dia yang kita sedang sayangi itu senang, terima koq dia, malah berbunga-bunga katanya... hihi...gak semua sich, sebab aku lihat ada juga yang mesem-mesem melihat tingkah aku, ada yang pura-pura gak denger, ada juga yang ngasih semangat malahan, halah..... suka atau cinta, sudah terlampau amat sangat banyak orang yang mencari definisinya. lihat deh di ensiklopedi: Shapir wolf misalnya yang "mencoba" membuat hipotesis dengan ilmu alam. bagi aku gak banget deh kalau cinta itu mempunyai unsur: afeksi, altruisme, emangnya molekul apa terdiri atas atom-atom? atau erich fromm yang mencoba membatasi cinta dengan 4 gejala: care, responsibility, respect, knowledge, ni orang ngebatesin makna cinta ke cara pandang orang yang udah merit banget dech. nyebelin... emang sich aku aminin kalau memang pada ujung-ujungnya cinta akan menemui dan sekaligus memulai fase baru melalui atau akibat hubungan seks. ini aku setuju, karena ternyata bisa menjadi jawaban kenapa ada beberapa kategori orang dalam menilai asmara dalam ilustrasi ku di awal-awal tadi. gini nih, katakanlah ada 10 cowok tanggung sedang nongkrong, lalu melintas 2 orang gadis seusia mereka melintas dihadapan mereka. ada donk 3 atau 4 dari pemuda tadi yang menggoda dengan kata-kata lucu: "say mau kemana nih?", "sekarang sombong ya!!", "sebelah sana cantik juga ya?!!", hehe... tapi perhatikan juga, ada yang diam. lalu kita sandingkan dengan tanggapan para wanita: "iisshh, ganjen...." "kecentilan banget sich", "pada kurang kerjaan, dasar..." cewek-cewek yang tak sependapat paling diem aja. itulah yang aku maksud arti dari cinta dari 1 sisi anggota masyarakat yang mempunyai cara pandang komunal. cinta di depan umum adalah memalukan, rendah, tidak bersusila. pola pikir komunal ini terjalin dengan rakitan simbol yang berbentuk celotehan si cowok dan reaksi pikir si cewek. jangan-jangan cowok yang diam pun sedang menyetujui reaksi si cewek. diamnya sebagian cowok menguatkan dan membenarkan reaksi para cewek. diamnya sebagian cewek, dinilai sudah terwakili atau menikmati celotehan si cowok, namun tak akan mempengaruhi pembenaran bersama bahwa dalam kondisi itu cinta yang begitu adalah remeh dan tidak layak umum. begitulah cinta atau rasa suka itu berproses dari masa ke masa, sehingga arti cinta sangat relatif. bahkan istilah care yang disematkan fromm sebagai salah satu gejala cinta itu jadi pertanyaan. karena istilah care itu sendiri di tiap lingkungan dan komunitas mempunyai arti dan pemahaman sendiri-sendiri dan benar-benar relatif. itu para cowok yang lagi nongkrong kan pada care, si cewek juga memafhumi itu sebagai care toh, tapi memalukan. jadi care yang seperti apa? lagi-lagi care itu akan menjadi perdebatan dikalangan cewek, dan percayalah, selama itu diperdebatkan, berarti pahamilah care sebagai entitas yang hinggap di kepala "si cewek bersama rekan-rekan gaul, dan keluarganya" karena disanalah dia selalu mencari arti dari setiap yang dia rasakan dan terus-menerus merumuskan apa yang diinginkan. keterikatan seseorang kepada komunitasnya adalah satu poin penting yang membuat tiap individu mempunyai karakter dan bersikap atau setidaknya berpendapat. bahkan suatu yang suci seperti religi seringkali menjadi aturan main yang berada jauh diatas dan tak mampu membendung apa yang senyatanya berkembang dalam sekumpulan individu. bukan interest saya untuk mencari apa yang sebaiknya, atau apa yang idealnya dimiliki untuk dijadikan "cara pandang bersama". saya lebih tertarik melihat proses apa yang terus-menerus terjadi dalam budaya komunal dalam menyikapi sesuatu soal sehingga menjadi gejala-gejala unik dan berbeda tiap tempat dan waktunya. ini pasti karena cinta....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline