[caption id="attachment_176106" align="aligncenter" width="400" caption="kamar-asik.blogspot.com"][/caption] "Ting...tong" bel pintu berdering memecah suasana sunyi sore itu. "Mbah.. buka pintu..mama Meili pulang" celoteh Rio senang sambil menarik-narik tangan si mbah ke arah pintu ruang tamu. "Selamat sore mbah.." sapa Meili saat pintu terbuka, lalu tatapannya beralih ke wajah Rio yang terlihat senang. "Hallo sayang, gimana kabar kepalanya, masih sakitkah? " tanya Meili sambil membelai kepala Rio. "Enggaa. Mama Meili bawa oleh-oleh apa hari ini?' tanya Rio dengan mimik wajah penasaran. Meili tersenyum lalu mengulurkan sebatang coklat kesukaan Rio. Rio tersenyum malu-malu, diulurkannya tangan mungilnya, diambilnya coklat itu, lalu ditariknya tangan Meili mengajaknya masuk. Sambil melangkah masuk, Meili melirik ke arah garasi, dilihatnya mobil Bimo ada disana. "Artinya mas Bimo ada di rumah.." katanya dalam hati. Meili melirik jam tangannya, sudah pukul 9 malam. "Rio, sudah malam nak. Ayo kita beres-beres, terus cuci tangan dan kaki, sikat gigi, salin baju, lalu bobo" ajak Meili sambil mengulurkan tangannya ke arah Rio. Rio yang masih asyik mewarnai mengangkat kepalanya "Sebentar lagi yaa.." jawabnya dengan gaya manis, membuat Meili tersenyum. "Sudah malam sayang, besok pagikan masih bisa mewarnai lagi.." ajak Meili lagi. "Ngg.. besok pagi gak ada mama, kalau tanya si mbah, jawabnya selalu gak tau" kata Rio sambil terus mewarnai. Meili mengusap kepala Rio lembut "Kalau gitu besok sore saja mewarnai lagi ya. Sekarang sudah malam. Tante Meili harus pulang, kan besok harus ke kantor" katanya. Rio kembali mengangkat kepalanya "kenapa mama harus ke kantor?" tanya Rio sambil berpindah duduk ke pangkuan Meili. "Karena harus cari uang" jawab Meili sambil memeluk Rio. "Kenapa harus cari uang?" tanya Rio lagi. "Karena kalau gak punya uang gak bisa beliin Rio coklat" jawab Meili sambil mengangkat Rio ke arah kamar mandi. "Kalau gitu gak usah beli coklat lagi, supaya mama gak usah kerja dan bisa main sama Rio terus ya" jawab Rio sambil melepaskan baju dan celananya, lalu masuk ke makar mandi. "Bener nihh Rio gak mau coklat lagi?" tanya Meili sambil membantu Rio mencuci tangan dan kakinya. "Nanti kalau mau makan coklat, minta sama papa Bimo aja" kata Rio sambil naik ke atas kursi kecil yang memang disediakan untuknya untuk menggosok gigi. "Mama, besok pagi aku mau main sama mama lagi yaa" kata Rio saat Meili menggendongnya dan membawanya ke kamar. "Tante harus kerja sayang. Besok pagi Rio main sama si mbah dulu. Nanti sorenya baru main sama tante lagi" kata Meili sambil membaringkan Rio di atas ranjang, lalu menyelimutinya. "Ngg.. kan papa Bimo udah kerja, terus kenapa mama harus kerja juga?" tanya Bimo sambil memandang Meili. Meili berlutut disamping tempat tidur Rio, membelai kepala anak itu lembut. "Kalau tante gak kerja, nanti tante gak punya uang buat bayar kos dong" kata Meili sambil tersenyum. "Kalau gitu gak usah kos aja. Tinggal disini sama aku dan si mbah" kata Rio sambil menguap. Meili tersenyum " Tuhh.. Rio sudah ngantuk. Ayo bobo. Rio udah berdoa blom?" tanya Meili. "Oh iyaa, aku blom berdoa" jawab Rio sambil duduk diatas ranjang, lalu melipat tangannya dan mulai berdoa. Meili memperhatikan Rio yang sedang berkomat-kamit sambil tersenyum. "Amin.." kata Rio lalu kembali berbaring. Meili menyelimutinya lalu memandang Rio sambil tersenyum. "Sekarang bobo yaa..supaya besok pagi bisa main lagi sama si mbah" katanya sambil bangkit berdiri. Rio memegang tangan Meili, "Apa mama gak mau tau doaku?" tanyanya dengan mata penuh harap. Meili duduk disamping tempat tidur, "Memangnya Rio doa apa?" tanyanya perlahan. "Aku bilang terima kasih Tuhan karena sudah mengembalikan mamaku. Semoga mama tidak akan pergi-pergi lagi dari sisiku, aku juga berdoa semoga papa Bimo cepat sembuh supaya bisa bermain bersama-sama lagi, aku, mama dan papa" jelas Rio kecil dengan mata hampir terpejam. Mendengar itu, hati Meili seperti teriris. Segala kebekuan dan kekerasan hatinya, yang selama ini memang segaja dibentuknya, hancur mendengar doa Rio yang singkat namun mempunyai kekuatan dari sebuah kerinduan akan keluarga yang bahagia. Keluarga yang di dalam pemikirannya dulu hanya ada dalam cerita dongeng. Keluarga yang sangat dirindukannya. **Bersambung**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H