Lihat ke Halaman Asli

Jusman Dalle

TERVERIFIKASI

Praktisi ekonomi digital

Membangun Indonesia ala "Megacompany Apple"

Diperbarui: 18 Desember 2017   19:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Garasi bersejarah, tempat dimana Apple lahir dengan sokongan finansial awal berasal dari pinjaman bank sebesar $250.000 (sumber : scoopwhoop.com)

 Utang alias pinjaman, sepertinya hampir semua manusia pernah terlibat dalam urusan yang satu ini. Mulai dari ikon inovatif dunia teknologi macam mendiang Seteve Jobs, manusia super tajir kayak Bill Gates, hingga manusia suci seperti Nabi Muhammad SAW yang kehidupan dunia dan akhiratnya di jamin oleh yang Maha Pencipta, juga tak luput dari utang.  

Steve Jobs mulai membangun Appel bersama Steve Wozniak di sebuah garasi sempit di Cupertino, California, dengan pinjaman bank sebesar  250.000 USD. Dari pinjaman itu, Appel kemudian tumbuh menjadi perusahaan papan atas.

Kini, Apple menjadi merek paling mahal di dunia dengan nilai 752 miliar dolar. Tahun 2016, Appel bahkan menjadi perusahaan yang paling menguntungkan di dunia. Statista mencatat, Apple membukukan laba bersih Rp 721 triliun hanya dalam setahun.

Sukses besar itu, dimulai dari pinjaman. Urusan yang kerap menakutkan, menjadi hantu yang selalu membayang-bayangi, bahkan bisa menyebabkan kematian jika anda berpinjaman tidak dengan cermat. Sebaliknya, manusia hingga bangsa super kaya yang kita kenal hari ini, adalah mereka yang pandai mengelola pinjaman. Tumbuh dari pinjaman.

Dalam konteks diskusi tentang untung rugi pinjaman, selalu menarik membicarakan mengenai pinjaman Indonesia. Pro dan kontra tentu tak bisa dihindari. Terutama jika didiskusikan dalam terminologi politik (baca : partisan).

Pemerintah sendiri beralasan bahwa pinjaman tak bisa dihindari. Terutama karena Indonesia sedang giat membangun manusia dan infrastruktur. Mengenai agenda pembangunan SDM, mulai dari sektor pendidikan hingga kesehatan, saya pikir bukan soal yang terlampau debatable. Kita nyaris sependapat bahwa pembangunan SDM Indonesia tak dapat ditunda.

Insan-insan muda, modal manusia Indonesia saat ini harus dibangun kualitasnya. Agar ketika masa panen tiba, SDM-SDM tersebut betul-betul menjadi bonus demografi sebagaimana diharapkan. Bukan sekadar windows of opportunity, namun gagal dikonversi menjadi kekuatan ekonomi. Sah-sah saja Indonesia berpinjaman, untuk menghasilkan SDM andal. Pinjaman produktif.

Kita berharap, bahwa SDM yang mengisi mayoritas komposisi demografi Indonesia ini, nantinya menjadikan bangsa kita sebagai Apple di kancah industri global. Indonesia muncul di pentas bangsa-bangsa karena kualitasnya. Apalagi, ada Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJP2R) Kemenkeu. Lembaga khusus mengelola pinjaman. Lembaga yang kita percaya diisi oleh orang-orang yang paham bagaimana mengelola pinjaman secara cermat dan prudent.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline