Arus revolusi digital di berbagai sektor kian tak terbendung. Kebiasaan belanja misalnya, dulu segala keperluan kita beli di warung, kini terganti dengan belanja melalui kanal daring. Lima tahun lalu naik ojek harus jalan kaki ke pangkalan yang mungkin berjarak ratusan meter, sekarang tinggal sentil layar smartphone Bang Ojek datang menjemput di halaman.
Bukan cuma itu, kebiasaan menonton elevisi yang sebetulnya juga sangat erat dengan teknologi, pun perlahan dimamah revolusi. Siapa sangka, budaya mengonsumsi hiburan sangat cepat bergeser ke kanal digital yang lalu disambut ledakan berbagai layanan video on demand seperti Netflix, iFlix, VIU, Usee TV. Pemirsa televisi secara global tergerus dramatis. Berkurang hingga 45% karena penetrasi digital VOD tadi.
Jangan tanya dampaknya, karena revolusi pasti punya harga. Sebab revolusi digital ini terjadi di dunia bisnis, dampaknya hanya pada perusahaan atau orang-orang yang mempertahankan mental lama yang usang. Sementara bagi mereka yang adaptif, peluang untuk eksis terbuka lebar.
Tak berhenti sampai disitu, gelombang revolusi digital terus merambah ke berbagai sektor dan menciptakan ledakan-ledakan baru. Termasuk revolusi digital di sektor finansial yang ditandai dengan maraknya inovasi teknologi keuangan (fintech). Kini, kita dimanjakan dengan berbagai kemudahan dalam menggunakan layanan jasa keuangan.
Yang teranyar dari inovasi fintech ini adalah lahirnya perbankan tanpa bank. Ya, anda tidak salah baca. Tak lama lagi, kantor-kantor bank akan tutup. Anda tak harus antre ketika akan membuka rekening. Tak ada lagi tanda tangan atau foto kopi KTP. Inovasi terbaru di sektor fintech ini betul-betul Paperless(tanpa berkas) dan signature-less(tanpa tanda tangan). Revolusioner. Inovasi digital banking tersebut diperkenalkan oleh Bank DBS Indonesia, bank terkemuka di Asia yang berkantor pusat di Singapura.
Rudiantara, Menteri Komunikasi dan Informasi Republik Indonesia mengucapkan selamat kepada DBS atas inovasinya saat peluncuran digibank. Ia juga mengatakan bahwa Pemerintah memproyeksikan ekonomi digital Indonesia di tahun 2020 akan mencapai 130 miliar dollar AS, atau sekitar 12 persen. Dengan bergesernya perekonomian Indonesia, yaitu dari yang berbasis komoditas menjadi berbasis layanan, hal ini akan mendorong tumbuhnya ekonomi digital di negeri ini.
Paulus Sutisna, Presiden Direktur Bank DBS Indonesia mengatakan, "Dalam beberapa tahun terakhir, pengguna internet dan smartphone bertumbuh pesat di Indonesia. Seiring dengan ini, kami telah mengamati perubahan perilaku nasabah dan orang-orang semakin menginginkan cara yang sederhana, cepat serta praktis dalam melakukan transaksi perbankan. Sebagai bank yang berkomitmen untuk membentuk masa depan perbankan, kami berbahagia memperkenalkan digibank ke Indonesia agar nasabah dapat melakukan kegiatan perbankan kapan saja, dan dari mana saja."
Banyak kemudahan yang ditawarkan layanan bank tanpa bank. Digibank by DBS misalnya, memanfaatkan teknologi biometrik untuk proses verifikasi berbasis identitas elektronik e-KTP. Tahun 2016, Bank DBS Indonesia menandatangani MoU bukti komitmen mendukung program pemerintah dalam pemanfaatan e-KTP. Di tahap awal, warga Jabodetabek dapat menikmati layanan Digibank dengan dibantu agen Digibank terdekat. Calon konsumen tidak perlu lagi pergi ke kantor cabang untuk membuka rekening.
Jangan berpikir bahwa anda akan diberikan buku tabungan ketika membuka rekening. Tidak!, buku tabungan Digibank ada di dalam aplikasi yang anda unduh. Aplikasi tersebut kini tersedia di App Store dan Google Play Store.
Terobosan digitalisasi perbankan tersebut tentu saja memberikan banyak benefit. Termasuk memberikan efektivitas dan efisiensi kepada konsumen dan pihak pelaku industri keuangan. Layanan transfer antar bank Digibank by DBS ini misalnya, tidak dikenakan biaya sepeserpun. Nasabah dapat mentransfer dana hingga 200 juta rupiah per transaksi dan hingga 500 juta rupiah per hari serta penarikan tunai dari ATM manapun, ALTO dan ATM Bersama ke jaringan lainnya, juga secara gratis.
Teknologi bank tanpa bank ini, cepat atau lambat, akan mengubah industri perbankan dan bahkan budaya keuangan masyarakat. Dengan aplikasi, anda dapat mengatur personalisasi perencanaan keuangan. Kuota dana untuk diamankan di deposito atau dana yang dialokasikan untuk konsumsi dapat dikontrol.