Siapapun rezim yang berkuasa, pasti menghadapi defisit APBN. Defisit adalah problem tahunan pemerintah. Sialnya, kini pemerintah Jokowi-JK yang harus menuai getah karena target-target ambisius pemerintah.
Tak tanggung-tanggung, defisit APBN tahun 2016 diperkirakan tembus ke angka Rp 296,7 triliun. Bayang-bayang krisis keuangan eksekutif tersebut bahkan ‘memaksa’ pemerintah mengeluarkan kebijakan tax amnesty yang kemudian menuai kontroversi.Belum ada resep tokcer dan jangka panjang untuk keluar dari masalah keuangan ini.
Pajak memang masih menjadi tumpuan utama penerimaan Negara. Di dalam APBN-P 2016, penerimaan dari pajak ditargetkan Rp1.355 triliun dan Penerimaan Negara Bukan Pajak sebesar Rp273, 8 triliun yang salah satunya berasal dari setoran BUMN.
Indonesia tercatat memiliki 119 BUMN. Angka ini terbilang sangat besar. Namun sayang, tidak semua BUMN meraup laba dalam operasi tahunannya. Tahun lalu, bahkan ada 118 BUMN yang merugi sehingga operasionalnya harus ditalangi.
Terlepas dari fakta bahwa ada BUMN yang menjadi beban, beberapa diantaranya sangat bisa diandalkan untuk menjadi sumber pundi-pundi penerimaan Negara bukan pajak. Misalnya Pertamina, BRI, Wijaya Karya dan yang lainnya. Persoalannya kemudian, bagaimana pemerintah bisa meramu kebijakan yang berdampak pada peningkatan bisnis BUMN tersebut.
Di sektor industri properti, ada nama-nama besar BUMN. Antara lain WIKA, Adhi Karya, Perumnas dan Pembangunan Perumahan. Namun BUMN ini jangan diadu dengan swasta, alih alih dijadikan mitra strategis dan bersinergi. Mau tidak mau, beberapa sektor industri masih menempatkan swasta sebagai aktor utama.
Baru-baru ini, kita bersyukur melihat salah satu BUMN, WIKA digaet bersinergi dengan perusahaan properti terbesar di Indonesia Agung Podomoro Land. Keduanya bersepakat menggarap proyek low cost apartment Podomoro Golf View (PGV) di Cimanggis dengan nilai Rp 900 miliar.
PGV sendiri merupakan apartemen yang mendukung program 1 juta rumah yang dicanangkan pemerintah. Unit apartemen PGV dijual mulai dari harga Rp 198 juta. Fasilitas yang ditawarkan ala superblock. Akses ke tol dan MRT persis bersisian dengan PGV. Maka tak heran jika PGV menjadi magnet bagi keluarga muda.
Selama ini, kita tahu Agung Podomoro Land banyak menggandeng kontraktor swasta dari luar negeri, terutama Singapura. Langkah baru emiten berkode APLN ini menggandeng WIKA patut kita apresiasi bahwa BUMN dan swasta bisa bersinergi memperkuat ekonomi Indonesia.
Secara bisnis, sinergi BUMN-swasta sudah pasti membawa keuntungan finansial yang ujung-ujungnya berarti kontribusi bagi APBN. Selain itu, BUMN juga dapat mengadopsi keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh mitra swasta mereka. Harus diakui, swasta lebih berpengalaman dan memiliki keunggulan manajemen yang professional karena tidak terikat dengan birokrasi pemerintahan sebagaimana BUMN.
Selain industri di sektor properti, BUMN yang jumlah ratusan itu perlu juga didorong agar masuk dan bersinergi dengan pelaku swasta di sektor industri masa depan. Seperti teknologi dan finansial. Kita memiliki Telkom yang leading di industri telekomunikasi.