Di luar ibadah khusus seperti puasa dan tarwih serta lebaran, ada beberapa hal yang identik dengan bulan Ramadhan. Salah satunya adalah shopping. Pada galibnya, puasa dan shopping mestinya bertolak belakang. Bagaimana tidak, puasa adalah ritus transendental. Sementara shopping atau belanja, sangat materialistis dan duniawi.
Tapi dua ambivalensi ranah spiritualitas dan duniawi ini, bertemu, merekat sempurna di bulan Ramadhan. Untungnya, bukan ritual ibadah ramadhan yang diseret ke wilayah duniawi. Sebaliknya, aktivitas shopping yang sangat duniawi yang 'diislamisasi'. Ini terjadi khusus di bulan Ramadhan. Jelang lebaran, diskon berkelindan menggoda 'iman'.
Shopping dianggap sebagai satu bagian ‘ibadah’ penting di bulan Ramadhan. Terutama shopping keperluan membeli kebutuhan untuk menyempurnakan ibadah puasa dan lebaran. Misalnya, belanja perabot rumah, pakaian lebaran hingga ole-ole yang akan diboyong dan dibagikan ke sanak famili di kampung.
Pada titik ini, shopping menemukan pembenaran dipatuti sakralitasnya. Dan akhirnya, kita bisa memahami mengapa di bulan puasa ini begitu banyak promo yang memanjakan shopaholic. Lihatlah di pusat-pusat perbelanjaan, kata-kata diskon, sale, best offer dan yang semacamnya menjadi trending. Bahkan iklan di berbagai media pun menyajikan hal yang sama. Kita diserang dari delapan penjuru mata angin dengan pesan yang sama, shopping.
Hal juga kerap pun dimanfaatkan perusahaan untuk memperkuat brand positioningnya. Tak terkecuali pemain baru di pasaran, bulan Ramadhan menjadi batu loncatan untuk membangun brand awarness.
Salah satu yang menarik kita amati dalam hal ini adalah layanan uang elektronik True Money. Sebagai pemain baru di bisnis e money ini, menggebrak Indonesia dengan program promo besar-besaran. Termasuk menggelar brand activation dalam tajuk Kampung Ramadhan dan #TransferKebahagiaan. Tak ayal, pemanfaatan momentum Ramadhan untuk berpromosi, sukses mengatrol merek baru menjadi top of mind di segmennya.
Terlebih, hal tersebut disokong sejumlah program konkret yang digandrungi konsumen. Misalnya True Money double cash back hingga 20%, dan point True Money.
Studi kasus True Money sebagai pemain baru yang berhasil menyedot perhatian konsumen Indonesia dengan integrasi bauran pemasaran yang sempurna, yang juga diterapkan oleh pemain-pemain lama, setidaknya menghantarkan kita pada sebuah kesimpulan sementara bahwa bulan Ramadhan sukses di posisikan di ranah inklusif.
Ramadhan bukan lagi dipandang sebagai agenda ritual ibadah an sich, tapi juga merupakan agenda ekonomi. Inklusifitas nilai Ramadhan ini, patut dipertahankan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H