Lihat ke Halaman Asli

Siang Itu Wak Uban Kembali Mewejangiku

Diperbarui: 30 September 2017   22:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Siang kemarin, selepas Sholat Zuhur di Masjid Taqwa, Kampung Jawa Curup, sebuah kelurahan yang terletak di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, aku sempat berbincang dengan Wak Uban.Seperti biasa, pria berusia hampir 70-an tahun itu melontarkan ucapan syarat hikmah.

"Apa yang membedakan orang sekarang dengan Rasulullah SAW dan para sahabat beliau?" ujarnya.

Belum sempat aku menjawab, Wak Uban langsung berkata, "Kalau Rasulullah dan para sahabat sedikit makan, sedikit tidur, sedikit bicara. Sedangkan kita saat ini sedikit-sedikit makan, sedikit-sedikit tidur, sedikit-sedikit bicara."

Seolah tak mau memberi kesempatan kepadaku untuk menanggapi, Wak Uban, lelaki yang sangat tekun menjalankan tirakat para sufi itu kembali berkata, "Tahukah kamu, apa bid'ah pertama yang terjadi setelah wafatnya Rasulullah? Kenyang. Kenapa kenyang? Karena perut kenyang menyebabkan kita malas ibadah, pikiran menjadi tumpul, dan hati menjadi keras sehingga akan melahirkan sifat-sifat tercela."

Mendengar ucapan itu, aku hanya bisa mengernyitkan dahi. Termangu. Tak tahu harus berkata apa. Karena aku tahu, pria itu sedang mengajariku sesuatu yang sangat penting.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline