Polusi mikroplastik tidak hanya berdampak pada ikan yang ada di air tawar maupun lautan, tetapi juga berdampak pada serangga yang memberikan manfaat besar pada ekosistem. Dampaknya pada pertanian akhirnya ketahanan pangan global.
Plastik sintetis yang diperkenalkan Leo Baekeland pada 1907 membawa revolusi bagi gaya hidup manusia terutama perilaku konsumen. Produksi plastik secara global yang tadinya 1,7 juta ton pada 1950 menjadi 359 juta ton pada 2018.
Kantong plastik kresek memang di satu sisi membuat berbelanja menjadi praktis karena elastis memuat banyak barang dan relatif bersih, mudah dijinjing dan sayangnya lebih sering digunakan sekali pakai dan sudah itu dibuang. Belum lagi dalam bentuk produk saset.
Revolusi kemudahan itu akhirnya memberikan revolusi kesusahan yang makin lama sukar diatasi karena ketika sampah plastik itu tak terbentung dari sungai hingga lautan dan berdampak besar pada satwa yang menghuni, apalagi ketika sudah menjadi mikroplastik.
Pandemi Covid-19 yang baru berlalu mendongkrak konsumsi plastik sekali pakai. Sebuah studi mengungkapkan produksi sekira 129 miliar masker dan 65 miliar sarung tangan secara global setiap bulannya. Itu pada paruh pertama 2020.
Tidak mengherankan kalau burung-burung menggunakan bekas masker dan plastik sebagai sarangnya dan ada sampah plastik di dalam perut ikan paus. Tentunya ikan yang biada dikonsumsi manusia juga tidak tertutup kemungkinan menelan mikroplastik.
Peneliti sekaligus Staf Pengajar dari Departemen Biologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia (FMIPA) UI Mufti Petala Patria dan timnya di Muara Kamal dan Teluk Naga, Tangerang yang dirilis pada 2022 menemukan bahwa partikel mikroplastik sudah ada pada kerang hijau, kerang darah, bandeng, ikan kerapu, ikan kakap hingga rajungan yang merupakan hidangan favorit penggemar seafood.
Baca: Peneliti FMIPA UI Mengungkapkan 20 Spesies Hewan Mengandung Mikroplastik
Riset dan penelitian yang dirangkum oleh organisasi kajian ekologi dan lahan basah (Ecoton) juga mendapatkan hal yang sama. Peneliti Ecoton Rafika Apriliani ketika saya hubungi pada 20 Oktober 2024 menyebutkan Ikan, udang, burung, siput, keong, kerang-kerangan , cacing, hiu mengandung partikel mikroplastik.
Dalam jurnal Enviroment Pollution Journal yang diinisiasi Ecoton, salah seorang peneliti dari Universitas Maulana malik Ibrahim bernama Ilvy Nurdhiana yang dirilis pada November 2021 menemukan kandungan mikroplastik pada ikan mujair di keramba ikan Kali Mangetan, Kabupaten Sidoarjo.
Sebuah kajian lebih anyar dari tim peneliti Universitas Freiburg di Nature Coomunication mengungkapkan bahwa serangga penyerbuk seperti lebah juga terganggu oleh partikel mikroplastik berukuran satu mikrometer hingga lima milimeter dan yang lebih kecil lagi, yaitu nanoplastik.