Lihat ke Halaman Asli

irvan sjafari

TERVERIFIKASI

penjelajah

Hiking, Pendakian Gunung Tektok, "Pop Culture"

Diperbarui: 12 Oktober 2024   19:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Pendakian Gunung: Sumber: kemenparekraf.go.id

Saya menyukai solo hiking yang hanya membutuhkan waktu sekitar 3-4 jam  lebih sebagai healing dan uji fisik apakah saya masih sanggup berada di lapangan sebagai jurnalis. Biasanya tempat untuk hiking adalah sekitar Bandung  yang cukup menguras fisik dan reportase sudah berapa kali di Kompasiana.

Itu pun didahului persiapan fisik jogging 30-40 menit seminggu sebelumnya tiga kali.  Kalau tidak masalah, ya baru dilakukan. Karena naik sendiri, saya meninggalkan banyak jejak di media sosial agar teman-teman tahu saya sedang hiking.

Tentunya juga bekal air minum tumbler dan makanan ringan, serta pakaian ganti kalau terjadi cuaca buruk.  Saya nggak pernah menganggap enteng kegiatan hiking walaupun bukan mendaki gunung. Itu pun pernah nyaris celaka.

Ada keinginan mendaki gunung? Ada, tetapi  tentunya untuk gunung ketinggiannya di atas 3.000 meter harus menginap dan tidak bisa dilakukan sendiri dengan kendala fisik saya alami sebagai penderita darah rendah harus berhitung benar karena bisa merepotkan banyak orang.

Setahun lalu seorang teman menawarkan bersama-sama melakukan pendakian secara  tektok di Gunung Papandayan. Saya belum ngeh waktu itu apa yang diisebut sebagai pendakian tektok yaitu pendakian yang hanya butuh waktu singkat dengan perbekalan yang ringan.  

Sayang tidak terlaksana, karena sudah keburu berpisah dengan teman satu kantor karena satu atau dua lain hal. Setelah bisa Papandayan baru berpikir gunung lain yang sebangun setelah itu baru gunung yang di atas 3.000 meter dan tentunya dalam rombongan dan ada yang ekspert.

Jadi saya di dalam benak saya ada keyakinan mau hiking maupun mendaki gunung bukan sekadar gaya-gayaan atau mengikuti tren dan hobi hiking ini dimulai bersamaan ketika saya mulai menyukai bidang lingkungan hidup.

Jadi saya kesal bahwa di kawasan Jayagiri, Patahan Lembang, Gunung Putri  sekitaran Bandung itu  masih ada yang buang sampah saset dan botol air mineral hingga jejak motorcross. 

Jejak ban motor trail ini nyaris mencelakakan saya karena tanah yang saya pijak tiba-tiba amblas sedalam setengah meter di kawasan Patahan Lembang, tapi dari situ saya tahu bahwa penjaga hutan di daerah wisata itu tidak sanggup mengawasi para pengdara motortrail ini.

Nah, apalagi penjaga hutan dan gunung untuk mengawasi gunung besar seperti Gunung Slamet, Gunung Semeru, Gunung Salak, Gunung Rinjani dan sebagainya yang punya catatan banyak pendaki yang hilang. Mereka harus dibantu Tim Gabungan SAR dan pencinta alam kalau ada kejadian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline