Lihat ke Halaman Asli

irvan sjafari

TERVERIFIKASI

penjelajah

Kota Bandung Terancam Krisis Air Bersih Masa Mendatang, Apa Penyebabnya?

Diperbarui: 8 September 2024   11:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gedung Cai Cibadak tempat penampuangan air dari sejumlah mata air-Foto: Irvan Sjafari

Jika penurunan muka air tanah tidak bisa diatasi maka kota Bandung masa mendatang akan mengalami krisis air bersih. Kota asri, sejuk dan nyaman tinggal kenangan?

Pada September 2024 ini, sejumlah daerah di kawasan Bandung Raya menghadapi kekeringan.  Sekira 856 hektar sawah di lima kecamatan, seperti Cieleunyi, Rancaekek, Solokan Jeruk, Majalaya dan Ciparay, Kabupaten Bandung menghadapi kekeringan akibat kemarau panjang yang membuat ratusan petani merana.

Kondisi kekeringan ini kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bandung Ningning Hendarsah kepada Jabar Ekspress 7 September 2024, berdampak pda sawah mulai fase baru tanam hingga generatif.  https://jabarekspres.com/berita/2024/09/07/kemarau-panjang-ratusan-hektar-sawah-di-kabupaten-bandung-kekeringan/

Kabupaten Bandung Barat juga mengalami kekeringan. Menurut  Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Bandung Barat, Meidi kekeringan menyebabkan 34 desa dan 134 RW di lima kecamatan seperti Kecamatan Ngrampah, Padalarang, Ciependeuy mengalami krisis air bersih.

Pemerintah Kabupaten Bandung Barat  sudah mengumumkan status siaga kekeringan sejak 23 Agustus hingga 23 November mendatang.

Bagaimana dengan Kota Bandung? Sejumlah warga Kota Bandung yang saya hubungi mengaku air tanah di darahnya masih aman. Saepul Hadi Santoso, warga Keurahan Hegarmanah, Kecamatan Cidadap  mengaku  saat ini air bersih bisa dibilang masih mencukupi.  

"Walaupun  pasokan air sedikit berkurang dibanding  dulu. Mungkin berkurangnya  akibat musim kemarau," ujar Saepul.

Rahmat Kurnia, warga Antapani Selatan juga mengaku air tanah di daerahnya relatif aman.  Hanya saja kalau di luar Kota Bandung sudah mula terasa dampaknya.

Namun menurut Rahmat kelihatannya tidak seburuk kejadian beberapa tahun ke belakang.

Hanya saja sejumlah pakar mengingatkan , bukan soal kemarau membuat kawasan Bandung Raya mengalami krisis air. Staf pengajar Geodesi Institut Teknologi Bandung Heri Andreas menyampaikan 80 persen penurunan muka air tanah (land subsidence)  di Kota Bandung disebabkan  pemakaian air tanah yang begitu tinggi.

Selain pemakaian air dari PDAM, sejumlah warga mempunyai sumur artesis sediri yang airnya dijual kepada warga. Jadi penurunan muka air tanah bukan hanya persoalan di daerah pesisir tetapi di daerah cekungan seperti Bandung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline