Lihat ke Halaman Asli

irvan sjafari

TERVERIFIKASI

penjelajah

Jurnal Risa, Serem Pisan Euy! Benaran atau Nggak Sih?

Diperbarui: 20 Juli 2024   21:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 film horor "Jurnal Risa" | Foto: MD Pictures

Sebagai film horor "Jurnal Risa" bagi saya serem pisan euy!  Dengan menggunakan dua diksi kata berbahasa Sunda. Mengapa? Pertama Risa Saraswati menghadirkan cerita yang dekat sosio kultural masyarakat Jawa Barat dan saya  sendiri  separuh mengadopsi kultural itu, karena sebagian keluarga saya dari garis ibu merupakan Suku Sunda.

Setting sejarah Kota Bandung yang menjadi latar belakang kehadiran Peter dan kawan-kawannya, hantu anak Belanda dalam "Danur Universe" juga kuat.  Sejauh itu refrensi yang saya baca mendukung terjadinya kematian sejumlah warga sipil Eropa masa pendudukan Jepang hingga awal Revolusi Kemerdekaan.  

Kedua, cara bertutur "Jurnal Risa" membuat bias apakah  ini film dokumenter atau cerita rekaan sebetulnya bukan hal yang baru bagi dunia perfilman.  

Gaya bertutur ini kerap disebut sebagai Mockumentary sudah dipelopori "Blair Witch Project" (1999) yang membuat heboh apakah ini tayangan dokumenter dari tiga orang remaja hilang yang hiking untuk meneliti legenda Blair Witch, kemudian kameranya ditemukan.

Fakta atau fiksi? Nah itu dia masa kalau ketiganya hilang pada 1994 FBI tidak tertarik melakukan penyelidikan? Kalau benar tiga orang itu hilang masa rekan mereka atau keluarga mereka  tidak melapor. Saya yakin polisi di Amerika Serikat tidak menunggu jadi kehebohan di masyarakat baru kerja.

Gaya bertutur seperti ini juga diikuti oleh pembuat film Amerika lainnya dengan "Paranormal Activity". Saya termasuk orang yang menganggap gaya bertutur antara percaya atau tidak percaya ini lebih menakutkan dari film horor yang jelas fiksi.

Oh, ya bagi saya film horor fiksi menakutkan ialah "Bermuda Triangle" rilis 1970-an, membuat "Irvan Kecil" ngumpet di belakang kursi mobil ayah saya di drive in karena tidak berani melihat teror dialami para penumpang kapal hilang di tengah laut lepas dan sunyi.   

Saya baru berani menonton puluhan tahun kemudian.  Berikutnya film kedua yang menakutkan ialah "Dikejar Dosa" masih era 1970-an saya menonton di sebuah bioskop di Bandung tanpa seizin orangtua saya, tetapi di paruh film, saya pulang karena tidak tahan seramnya.

"Jurnal Risa" adalah yang ketiga. Ceritanya saya ringkas begini,  Tim Jurnal Risa membuat sebuah tayangan untuk tayangan konten podcast di Youtube-nya terkait dengan hantu yang menghuni suatu tempat. Namun salah seorang peserta uji nyali bernama Prinsa Mandagie (Prinsa Mandagie) membuat suatu kesalahan yaitu menyebut sebuah nama hantu yang Risa sendiri kapok menyebutnya.

Adegan dalam "Jurnal Risa" MD Picture | Foto: cnnindonesia.com

Akibatnya suatu tim dibuat kerepotan, karena hantu yang terkait dengan keluarga besar Risa ini menempel pada diri Prinsa. Jalan keluarnya arwah berbahaya tersebut dari tubuhnya di kampung asal keluarga sang kerabat dan juga terkait Risa. Perjalanan dan ritual harus dilakukan dengan bantuan sesepuh kampung tersebut sangat membahayakan.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline