Pada awalnya Dian Laila Azizah mengaku termasuk orang yang acuh tak acuh terhadap persoalan lingkungan hidup Namun mahasiswi Tadris Biologi Universitas Islam Negeri Sayid Ali Rahmatullah Tulungagung ini kemudian sadar bahwa dia adalah salah satu manusia yang akan menghadapi masa depan yang mengerikan jika membiarkan lingkungan rusak.
"Saya takut bagaimana kalau bumi nanti rusak. Penebangan secara besar-besaran di kawasan hutan, penumpukan limbah sampah," kata anak desa dari Desa Banjarejo, Kecamatan Rejotangan, Kabupaten Tulungagung, Provinsi Jawa Timur menjawab pertanyaan saa via Whatsapp, 24 Juni 2024.
Dara kelahiran Tulungagung, 8 Desember 2003 ini punya keinginan agar lingkungan di Tulungagung sehat dan asri. Minat Dian untuk berkontribusi kepada lingkungan tersalurkan ketika bersama-sama temannya mendapatkan kesempatan ikut melakukan uji kualitas air Sungai Ngrowo dan Kali Song bersama lembaga kajian ekologi dan konservasi lahan basah (Ecoton) bersama Aliansi Lereng Wilis (ALWI) pada akhir pekan lalu.
Berikut petikan wawancara dengan mahasiswi Angkatan 2022 ini.
Bagaimana ceritanya bisa ikut uji Sungai Ngrowo bersama Ecoton dan Aliansi Leweng Wilis?
Awalnya mendapat informasi dari ketua umum HMPS Tadris Biologi, yaitu Ameilia yang dikabari sama pihak Ecoton nya bahwa akan ada kegiatan uji kualitas air di kawasan Tulungagung. Nah dari ajakan itu saya berniat untuk ikut karena memang sebelumnya saya belum pernah mengikuti kegiatan yang seperti ini.
Namun ini adalah pengalaman pertama saya bisa ikut berpartisipasi bersama orang-orang hebat dari ecoton dan ALWI yang notabene beliau-beliau ini adalah pegiat lingkungan begitu. Ketika di lokasi, itu kan ada beberapa partisipan dari instansi berbeda juga, kami di bagi menjadi tiga tim untuk melakukan riset kualitas air.
Apa yang Dian dan teman-teman lakukan di uji Sungai Ngrowo?
Kami bersama pihak Ecoton dan ALWI melakukan uji sebanyak tiga kali ulangan di setiap stasiun. Saya membantu dalam pengambilan data dengan mencatat hasil uji yang dilakukan. Dari hasil uji yang telah dilakukan, diperoleh data bahwa kadar fosfat di Sungai Ngrowo itu sangat tinggi mencapai angka 6,6 mg/L dan oksigen terlarut dalam air hanya -0,3 mg/L. Nilai-nilai ini jauh melebihi batas aman. Uji coba di sungai ngrowo ini dilakukan selama 2 jam di dua stasiun.
Selain itu, di lokasi kali Song yang berada di dekat pemukiman warga juga menunjukkan hasil yang cukup mengejutkan, suhu air mencapai 44C. Kami menduga hal ini akibat pembuangan limbah cair dari pabrik gula mojopanggung. Suhu air yang seperti ini tentunya tidak layak untuk kehidupan terutama kehidupan biota akuatik karena dapat mengancam kerusakan ekosistem.