Lihat ke Halaman Asli

irvan sjafari

TERVERIFIKASI

penjelajah

Gemini Syndrome, Episode Berdansa di Kota Romantis Bagian Dua

Diperbarui: 16 Juni 2024   15:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kampung Naga-Foto: Irvan Sjafari

Tasikmalaya, 4 Mei 2014

Bus Bandung-Tasikmalaya meninggalkan terminal Cicaheum sekitar pukul sembilan pagi. Aku memilih duduk di samping Pak Supir seperti anjuran senior saya untuk mengorek informasi soal kota ini dan dia menurunkan saya di tempat yang tepat, hingga aku bisa langsung mengakses Hotel Mataram di Jalan Yudanegara tepat tengah hari dan di dekat sini ada Rumah Makan Ampera dan Masjid Agung.  Berarti aku sudah di pusat kota. 

Aku beruntung, Ciby  rekan aku di Majalah Bandung Beautiful Magazine dulu memberikan informasi bahwa perlu tiga jam untuk tiba di Tasikmalaya benar. Bahkan jadi efesien dalam waktu.

Pukul 14.30 aku ke Haryati Boutique di kawasan Kawalu  dan wawancara Hj Haryati pemiliknya.  Butik itu mega dengan koleksi bordiran yang membuat tempat ini jadi destinasi wisata.  Dia sudah memulai usaha bordir pada umur 17 tahun sekitar 1968.   Wawancaranya cukup membuat aku mendapat bahan buat majalah Plesir.

Tetapi di luar wawancara kami mengobrol soal pemberontakan DI/TII. Cerita Bu Haryati mirip dengan cerita Ade Indira bahwa seragam DI/TII bukanlah hitam-hitam seperti dalam film, tetapi kerap menggunakan seragam militer yang dikenakan TNI.  Ayahnya pernah dicurigai sebagai OKD (Organisasi Keamanan Desa).

Rumahnya delapan kali didatangi dan kerbau diambil begitu saja.  Keluarga kali mengungsi dan mengalami jam malam.  Pada waktu maghrib tidak ada yang berani keluar rumah.  Mendengar cerita itu, bagi aku perang saudara lebih mengerikan daripada berhadapan dengan bangsa lain.

Sorenya pukul 17.00 ke tempat Aldilla, seorang pengusaha muda kelom Tasikmalaya  yang tercatat sebagai pengusaha Muda Mandiri dan menjadi finalis.  Kelom Geulisnya didesain untuk anak era sekarang, yang membuatnya produknya diminati orang dari kota lain.

Rumahnya di Lengkong tengah kerap didatangi Mobil Plat B. Harusnya pelaku UKM kerajinan mencontoh Aldilla, mempertahankan tradisi tetapi tetap menyesuaikan dengan kekinian. 

Sama dengan lagu Yura "Kataji", Sunda tradisional tetapi ada unsur broadway.

"Saya mengangkat budaya Tasikmalaya," ujar Aldila membenarkan aku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline