Lihat ke Halaman Asli

irvan sjafari

TERVERIFIKASI

penjelajah

Bandung 1969, Gempar Inflasi Komik, "Hiburan Corak Baru" dan Film Bioskop

Diperbarui: 8 Juni 2024   20:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Iklan film bioskop di Pikiran Rakjat  29 Maret 1969-Foto: Repro Irvan Sjafari

Pada masa awal Orde Baru, ketika kehidupan ekonomi masih dalam tahap pemulihan, di tengah penerbitan buku yang bermutu yang terancam gulung-tikar dan bukunya masih dianggap luks oleh rakyat, kota Bandung-sepertinya juga terjadi di Jakarta dan berapa kota lainnya, dibanjiri oleh buku komik dan mulai muncul apa yang disebut sebagai  "Bacaan Dewasa" yang istilahnya kelak terus berlaku pada dekade sesudahnya bahkan hingga kini. Bahkan istilah awalnya adalah "Hiburan Corak Baru".

Persoalan buku cabul sebenarnya sudah ada pada 1950-an di Kota Bandung.  Hanya saja pada masa itu dampaknya tidak sebesar pada 1969  karena peredarannya terbatas dan anak-anak serta  tidak banyak mengaksesnya.  Baca:  Bandung 1957: Aparat Menindak Keras Crossboy dan Bacaan Cabul  

Pikiran Rakjat 23 Maret 1969 menyampaikan tempat-tempat yang menjual dan menyewakan komik-komik senantiasa ramai dikunjungi  para pelangggan yang terdiri dari anak-anak usia SD hingga remaja usia SMA.  Komik-komik itu berisi  cerita silat hingga percintaan.   Kalau cerita silatnya seperti Koo Ping Ho tidak masalah. 

Yang membuat gempar sekitar 90 persen dari komik pasti memuat cerita hubungan mesra antara tokoh utama laki-laki dan perempuannya, yang dibungkus dalam  cerita silat. Tidak dijelaskan apa cerita silat berlatar belakang Tiongkok atau cerita silat dengan latar belakang Indonesia,

Untuk cerita romans, umumnya mengisahkan bagaimana laki-laki yang hartawan menggandeng gadis-gadis cantik dengan pakaian sesuai mode dengan mengendarai sepeda motor.  Kawasan Puncak kerap digambarkan sebagai kawasan tempat kencan.  Anak-anak itu menyelipkan komik-komik itu dalam buku pelajaran dan membacanya tidak saja waktu istirahat, tetapi juga ketika gurunya sedang menerangkan pelajaran di kelas. 

Anak sekolah menggunakan uang jajannya untuk membeli buku komik bahkan membohongi orangtuanya meminta uang membeli buku pelajaran  ternyata membeli buku komik.  Yang membaca  bukan saja anak-anak dan remaja laki-laki, tetapi gadis-gadis dalam usia pubertas.

Pada saat bersamaan bioskop-bioskop di Bandung didominasi film yang bertema serupa, kalau tidak cerita silat yang tokoh utamanya laki-laki dan perempuan, cerita romans.  Pikiran Rakjat edsi 26 Maret 1969  memuat iklan berupa film yang sedang diputar di bioskop Dian Theater bertajuk "Golden Swallow" yang dibintangi Wang Yu, Cheng Pei-Pei" pada 26-28 Maret, kemudian Pikiran Rakjat edisi 28 Maret 1969 menginformasi,  "Pedang Sakti dan Pisau Maut" pada 29-31 Maret, "Tuning Sword" atau "Pedang Irama Maut" pada 11-14 April 1969.

Selain film silat surat kabar  "Pikiran Rakjat" pada tanggal itu menawarkan film bertajuk "That Kind of Girl" yang berkisah penyakit menular seksual yang menyerang muda-mudi di Kota London yang diputar di bioskop Pelangi dan Panti Karya pada 26-28 Maret , "Rice Girl" juga di bioskop sama 4-6 April, sementara Pikiran Rakjat edisi 11 April 169 memberitakan, "Walk The Hot Street" di Panti Budaya dan Silihwangi  pada 11-12 April.

Wilson Nadeak dalam artikelnya bertajuk "Kita Biarkan Generasi Kini?" dalam Pikiran Rakjat 13 April 1969  mengungkapkan beragam buku komik, silat, cowboy hingga majalah seks  bertebaran  di pelataran  stasiun kereta api di Jakarta, Bandung dan Surabaya. Orang-orang yang baru keluar dari kereta dengan mudah melihatnya.

Bahkan bacaan juga seperti itu dijajakan oleh anak-anak kecil di pinggir jalan ditujukan kepada orang-orang yang menunggu kendaraan.  Anak-anak kecil itu dengan piawai mempromosikannya dan memahami isi  dari bacaan itu hingga menarik orang untuk membelinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline