Lihat ke Halaman Asli

irvan sjafari

TERVERIFIKASI

penjelajah

Yusuf Karyawan, "Sampahku Tanggungjawabku, Sampahmu Tanggungjawabmu"

Diperbarui: 26 Mei 2024   10:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Yusuf Karyawan  dalam sebuah kegiatan edukasi-Foto: Koleksi Yusuf Karyawan

Kalau Pemerintah Kota  Bandung dalam mengatasi sampah  punya program Kang Pisman (Kurangi, Pisahkan dan Manfaatkan) sebetulnya nama lain dari reduce,reuse dan recycle, maka warga Kota Malang bernama Yusuf Karyawan, menyebutnya sebagai Ngelongi, Nganggo, Ngolah. 

Yusuf Karyawan, Pria kelahiran Cirebon, 3 Januari 1966 adalah pendiri Bank Sampah Eltari M-230 di Kelurahan Cemorokandang, Kecamatan Kedungkandang,  kerap menjadi memberikan edukasi bagaimana mengelola sampah tidak saja di Kota Malang, Kota Batu hingga Kota Blitar.   Tempat dia mendirikan bank sampah mendapat kunjungan tamu dari berbagai daerah hingga dari Jepang sebagai pengakuan dedikasi Yusuf Karyawan terhadap lingkungan hidup.

Tamu yang datang juga dari kalangan mahasiswa hingga staf pengajar berbagai universitas sempat mengira Yusuf adalah tamatan doktor perguruan tinggi, tetapi ternyata dia hanya SMA. Tetapi ketekunan dan kesabarannya membuatnya mampu menjadi edukator pengelolaan sampah di kotanya.

Berikut wawancaranya melalui Whatapp, pada 25 Mei 2024.

Bagaimana ceritanya sampai bisa terjun ke dunia pemilahan sampah? 

Awalnya sekitar kami terpuruk ekonominya.  Suatu ketika dua putra kami masih duduk di bangku SMP memulung botol dan gelas plastik bersama teman-temannya untuk bisa dapat uang untuk main playstation. Kebetulan kontrakan kami dekat dengan SMPN 22, Cemorokandang.  Pada saat ini ponsel masih sangat mahal. Alhamdullilah, rupanya anak kami diberi petunjuk Allah SWT.

Suatu saat di akhir  2012  bertemu Induk BSM (Bank Sampah Malang) belajar memilah sampah.  Pada 30 Januari 2013 kami mendaftar dan menginduk ke BSM  dan mendirikan Unit Bank Sampah Eltari M-230.  Awal-awal merintis banyak suka dukanya, ditentang masyarakat sekitar, katanya dapat menimbulkan bau, mengundang tikus, merampas rezeki pemulung dan sebagainya.

Dalam perjalanan waktu, banyak meraih penghargaan serta  hadiah.  Kami mendapat kesempatan mendampingi beberapa nasabah dalam berbagai lomba terkait persampahan anorganik untuk menjadi juara pertama.

Bagaimana problem persampahan di Kota Malang?

Kota Malang seperti halnya kota lain di Indonesia dan dunia  mempunyai problem terkait persampahan. Beberapa bulan yang lalu di TPA Supit Urang juga terjadi musibah kebakaran, walaupun tidak besar, Alhamdulillah dapat di atasi. Di TPA Tlekung, Kota Batu juga ada problem, pemerintah Batu juga sedang berproses mencari solusinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline