Badan PBB untuk permasalah narkoba dan kriminal (UNODC) merilis sebuah laporan edisi ketiga pada 2024 mengungkapkan kejahatan satwa liar perdagangan illegal pada 13 Mei 2024 di Wina, Austria. Laporan ini mengungkapkan dampak perdagangan ilegal satwa liar pada sekitar 4.000 spesies tumbuhan dan hewan di 162 negara. Tindak kejahatan ini didorong permintaan akan obat-obatan, hewan peliharaan hingga daging hewan liar.
Badan dunia itu menilai tindakan kejahatan ini bukan saja ancaman langsung terhadap konservasi, penurunan populasi satwa liar tetapi juga berimbas pada ekosistem, karena dapat mengganggu ketergantungan antar spesies. Dampak yang lebih besar menyangkut ketahanan dan mitigasi perubahan iklim, dan akhirnya secara sosial ekonomi masyarakat.
Laporan ini menyoroti tren perdagangan ilegal satwa liar yang terdaftar dalam Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Fauna dan Flora Liar yang Terancam Punah (CITES).
Sebagai studi kasus laporan ini memberikan contoh spesies yang terkena dampak perdagangan ilegal satwa liar mulai dari cula badak Afrika, gading gajah Afrika hingga sisik trenggiling.
Sekretaris Jenderal CITES Ivonne Higuero memberikan apresiasi kepada UNODC. Menurut dia laporan ini berbasis data dan bisa memberikan masukan untuk pengambilak keputusan untuk memerangi ancaman global pada manusia dan keberadaan Bumi.
Setahun lalu Wildlife Conservation Society (WCS) yang berbasis di New York sudah mengingatkan perburuan liar bukan hanya berita buruk bagi satwa liar. Penelitian yang dilakukan lembaga iniselama 20 tahun menunjukkan bahwa hilangnya hewan-hewan besar yang masih hidup meningkatkan gas rumah kaca.
Hewan liar ini adalah penjaga yang baik dari hutan kritis ini, membantu menjaga fungsi normal mereka melalui pilihan makanan dan kebiasaan sehari-hari. Ketika hewan-hewan ini menghilang, begitu pula pepohonan yang mampu menangkap CO2 dengan baik.
Hutan menangkap CO2 dari atmosfer melalui fotosintesis dan menyimpannya dalam biomassa. Hutan bertanggung jawab menyerap 30 persen emisi CO2 yang dihasilkan setiap tahunnya.
Perdagangan ilegal satwa liar bisa bernilai USD23 miliar per tahun, dengan lebih dari 100 juta tumbuhan dan hewan diperdagangkan setiap tahunnya. Sebuah penelitian yang diterbitkan pada 2019 menemukan bahwa 24% vertebrata darat yang dikenal di dunia dimasukkan dalam perdagangan satwa liar.