Kawasan Bandung Utara (KBU) merupakan anugerah bagi warga Bandung dan juga wisatawan kalau tahu bagaimana cara menghargai alam. Rekreasi murah, juga punya fungsi edukasi, kontempelasi dan juga kesehatan dengan trekking dengan spot beragam. Sayang anugerah rusak kesenangan sebagian orang dan juga keserakahan.
Sudah lama yang sudah tidak lagi melakukan trekking di perbukitan. Bagi saya trekking di bukit dan pegunungan di sekitar Kawasan Bandung Utara bukan saja sekadar trip sekaligus juga healing untuk mengatasi kepenatan, kejenuhan dan kesuntukan akibat rutinitas pekerjaan di Jakarta.
Sejak 2012, saya kerap melakukan trekking di Tahura Juanda ke Maribaya, Jayagiri menembus Tangkuban Parahu, menjelajahi Patahan Lembang hingga Gunung Putri, merupakan tempat yang nyaman di sekitaran Kawasan Bandung Utara.
Rata-rata trekking memakan waktu rata-rata empat jam sudah cukup untuk uji fisik yang bisa saya lakukan sekaligus untuk menghirup udara yang asri ,hingga panorama hijau.
Trekking juga menjadi terapi untuk mata menyeimbangkan penglihatan yang berkutat pada layar laptop yang memakan waktu per hari sampai delapan jam.
Sayangnya selama belasan tahun menekuni trekking, khususnya di seputaran Lembang kerap terganggu oleh jalan tanah yang menjadi kanal dalam akibat pengendara motor trail yang menjadikan rute bagi pendaki sebagai jalurnya. Kalau musim hujan hal ini membahayakan bagi pendaki seperti saya karena bisa terjerumus dalam kubangan yang dalam yang digali motor trail.
Selain itu di beberapa spot kerap ditemukan botol plastik air mineral yang dibuang serampangan, hal yang sebetulnya terlarang bagi mereka yang menyukai hiking. Bagi saya hal ini membuktikan benturan antara pariwisata dengan mempertahankan konservasi sudah terjadi dan terkesan menjadi pembiaran.
Saya kerap mengobrol dengan petugas kehutanan yang menyebut, mereka mempunyai keterbatasan untuk mengontrol karena para pengendara motor trail ini mempunyai banyak jalan masuk yang sulit diawasi.
Simpul Penyeimbang