Tim pemerhati lingkungan dan zoologi yang berafiliasi dengan beberapa lembaga di Indonesia memastikan bahwa spesies harimau yang sempat dianggap punah masih hidup di Pulau Jawa.
Para ilmuwan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bersama para pegiat konservasi menemukan jejak genetik harimau jawa dalam sehelai rambut yang ditemukan di dekat sebuah desa di Jawa Barat pada 2019.
Penelitian mereka kemudian dipublikasikan di Jurnal Oryx yang diterbitkan oleh Cambridge University Press pada 21 Maret 2024 lalu. Para peneliti terdiri dari Wirdadeti, Yulianto, Kalih Raksasewu, Bambang Adriyanto.
Dalam jurnal itu disebutkan pada 18 Agustus 2019, seorang warga setempat dan aktivis konservasi Ripi Yanur Fajar melaporkan melihat seekor harimau jawa di perkebunan masyarakat dekat desa Cipendeuy di hutan Sukabumi Selatan, Jawa Barat.
Hal ini dilaporkan kepada Kalih Raksasewu yang mengunjungi lokasi tersebut pada 27 Agustus 2019. Ia menemukan sehelai rambut, yang kemungkinan merupakan bulu harimau, di pagar tempat seekor hewan tampaknya melompat di antara jalan desa dan perkebunan.
Ia dan Bambang Adryanto, seorang pegawai Departemen Penelitian dan Pengembangan Kehutanan setempat) kemudian menemukan jejak kaki dan bekas cakar yang mungkin milik harimau, yang berpotensi menguatkan pengamatan tersebut.
Kelompok tersebut melakukan analisis DNA pada rambut yang ditemukan oleh seorang pelestari lingkungan di sebuah perkebunan di pulau tersebut.
Mereka mengujinya secara genetik dan membandingkan hasilnya dengan sampel dari spesimen harimau Jawa di museum yang dikumpulkan pada tahun 1930, yang menunjukkan bahwa keduanya sangat mirip.
Bulu harimau memiliki kemiripan dengan harimau Sumatera dan Bengal namun berbeda dari sub-spesies harimau lainnya, kata para peneliti.
Berdasarkan wawancara mendalam kami dengan Ripi yang melihat harimau tersebut, kami yakin bulu tersebut berasal dari harimau jawa, demikian bunyi abstrak penelitian tersebut.