Sejumlah kalangan percaya bahwa penanaman pohon semakin cepat akan membantu menghindari perubahan iklim yang tidak terkendali. Pohon-pohon juga akan menyerap panas dan membantu penyejukan area sekitarnya.
Namun Tim Peneliti yang dipimpin Natalia Hasler, ilmuwan dari Institut George Perkins Marsh di Universitas Clark di Worcester, Massachusetts menemukan di beberapa lokasi justru melakukan penanaman pohon justru dapat memanaskan bumi, bukan mendinginkannya.
Penenaman pohon di beberapa lokasi ini mempengaruhi seberapa banyak sinar matahari yang dipantulkan oleh permukaan, yang disebut sebagai albedo.
Albedo adalah perbandingan tingkat sinar matahari yang datang ke permukaan dengan yang dipantulkan kembali ke atmosfir.
Para peneliti dari Universitas Clark bersama para ilmuwan dari The Nature Conservancy (TNC) dan ETH-Zurich, yang diterbitkan hari ini di jurnal Nature Communications, memberikan analisis global mengenai restorasi tutupan pohon yang paling efektif dalam mendinginkan suhu.
Sistem iklim global, tidak hanya mempertimbangkan pendinginan dari penyimpanan karbon tetapi juga pemanasan akibat penurunan albedo.
Para peneliti menyediakan alat yang dapat digunakan oleh para praktisi dan pengelola lahan untuk menentukan seberapa besar masalah albedo dalam proyek reboisasi atau penghijauan di dunia.
Para penulis menggunakan peta-peta baru ini untuk menunjukkan bahwa perkiraan 'hanya karbon' yang dipublikasikan sebelumnya mengenai potensi mitigasi iklim global melalui restorasi pohon di seluruh dunia memberikan perkiraan yang terlalu tinggi, yaitu antara 20 hingga 81%.
Pepohonan menyerap karbon dioksida dari atmosfer, sehingga membantu mengendalikan pemanasan.
Namun pada sisi lain daun yang berwarna hijau tua juga menyerap panas dari sinar matahari. Salju dan pasir, karena warna terangnya, memantulkan lebih banyak sinar matahari kembali ke angkasa.