Saya punya kesan sebagian sineas Indonesia tidak terlalu mementingkan riset untuk membuat sebuah cerita yang diangkat ke layar lebar. Terutama untuk film horor, yang mengangkat kisah tempat angker tetapi tanpa pendalaman, hingga kisah hanya tempelan dengan penampilan hantu ala Jepang atau Hollywood.
Hantu Jeruk Purut, Rumah Pondok Indah, Rumah Kentang, Rumah Gurita, Lawang Sewu dan Hantu Nancy adalah contoh film horor hanya sekadar menampilkan tokoh utama sebagian besar petualangan usia muda, remaja menghadapi teror hantu.
Lawang Sewu di Semarang misalnya dalam sejarahnya dibangun antara 1904-1907 merupakan kantor perusahaan kereta api. Bangunan dalam bahasa Jawa yang disebut Seribu Pintu ini kemudian menjadi ikonik Kota Semarang sempat disebut angker karena pernah terbengkalai.
Kok bisa jadi angker? Karena dulu ada ruang bawah tanah tempat pembantaian para tahanan pada masa perang. Ya, itu yang harus diriset.
Kok bisa ada kuntilanak menghuni tempat itu seperti dalam filmnya? Ternyata kuntilanak itu arwah cewek yang bunuh diri karena hamil di luar nikah. Kalau film ini 2007, berarti arwah baru?
Saya tidak menguasai sejarah Kota Semarang yang kaya bangunan tua. Contoh yang mau saya ambil adalah Hantu Nancy (2015), yang disebut arwah Noni Belanda bernama Nancy yang mati bunuh diri karena diperkosa. Hantu itu menghuni Gedung yang digunakan SMA 5 (juga SMA 3) Jalan Belitung, Bandung.
Hantu Nancy ini sama tragisnya dengan kisah teman-teman cilik hingga Noni Belanda dari Risa Saraswati dengan Danur Universe-nya. Mereka semua tewas akibat kekerasan pada penjajahan Jepang hingga awal kemerdekaan di Kota Bandung.
Kalau kisah Noni Nancy dan Risa Sarawasti itu bukan fiksi, dengan riset perpustakaan, termasuk arsip dan oral history mendalam, setidaknya bisa ditemukan fakta kasus pembunuhan terhadap anak dan noni Belanda ini.
Bagi saya hal ini harus diungkap, agar masyarakat kita tahu juga tahu bahwa pribumi ini tentunya juga diajari Jepang melakukan kekerasan yang melanggar Hak Asasi Manusia.
Memang perlu sebuah kajian yang berpotensi mengungkap sejarah kelam yang terjadi masa penjajahan Jepang hingga masa awal Revolusi, berapa banyak perempuan dan anak-anak Eropa yang jadi korban kekerasan dan apakah benar sampai ada perkosaan?