Sungai Musi adalah jiwa kota Palembang. Demikian yang ada di pikiran saya ketika berkunjung ke Kota Palembang bersama rombongan TX Travel akhir Januari hingga awal Februari 2015.
Ketika menjelajah Sungai Musi saya bisa membayangkan bagaimana Kesultanan Palembang dahulu menjadikan sungai ini sebagai urat nadi perekonomiannya dan berhubungan dengan dunia luar. Sungai terpanjang di Pulau Sumatra dengan total 750 kilometer membentang dari Hulu di kawasan Ujan Mas Bengkulu hingga Hilir bermuara di Selat Bangka.
Sebagian besar tempat bersejarah yang menjadi destinasi wisata berada di pinggir Sungai Musi, mulai dari Pulau Kemaro, Benteng Kuto Besak, Kampung Kapiten, bekas bangunan pejabat Belanda kini menjadi Museum Mahmud Badaruddin II, Masjid Agung Palembang dan sebagainya.
Sungai Musi adalah pusat perekonomian, pasar bersejarah di kota ini adalah Pasar Ilir 16 merupakan di antaranya. Saya juga melihat pabrik es bersejarah ada di tepi Sungai Musi.
Ibu saya pernah tinggal di Palembang sebelum pindah ke Bandung selama setahun di SAA kota itu bercerita Sungai Musi dulu bersih dan asri, sekitar 1960-an (sebelum ada Jembatan Ampera dibangun). Ibu pernah menginap di rumah kawannya di atas rakit. Rumahnya bagus.
Saya bertanya bagaimana dengan sanitasinya? Nggak masalah jawab Ibu. Untuk mandi pakai air ledeng yang dialirkan, sampah tidak dibuang ke sungai ada tempat khusus ke tempat lain.
Kemudian kembali ke 2015, saya sempat melihat Pabrik Pupuk Pusri dengan baunya yang menyengat hingga kilang minyak Plaju Sungai Gerong ketika saya bersama-sama teman-teman menumpang perahu wisatawan. Produk dari tempat ini diangkut dengan kapal dengan mudah dengan adanya Sungai Musi.
Ancaman Baru Sungai Musi
Hingga saat itu tampaknya belum ada gangguan lingkungan yang signifikan yang mengancam nyawa sungai. Namun ceritanya beda ketika pada pertengahan Juli 2022, Tim Ekspedisi Sungai Nusantara bersama perkumpulan Telapak Sumatera Selatan dan Spora Institut Palembang menjelajahi Sungai Musi menemukan indikasi pencemaran parah.
Pada waktu itu Koordinator Telapak Sumatera Selatan Hariansyah Usman menyampaikan dari riset investigasi diketahui banyak sekali sampah plastik yang dibuang ke sungai.