Enam Belas
Adinda Lakukan Perubahan
Dua Tahun Kemudian
Namaku Adinda Sundari Rivai. Aku kini mahasiswa Semester IV Sekolah Tinggi Ilmu Hayati ITB. Aku sudah selesai mengumpukan 80 SKS hanya dalam 3 semester dan sudah diberbantukan di berbagai riset terkait rekayasa genetika. Pastinya dapat penghasilan dari itu.
Aku diperbolehkan jadi pendengar kuliah Jurusan Sejarah di Fakultas Ilmu Budaya Unpad, walaupun dosen di dua jurusan itu hanya geleng-geleng kepala. Menjadi kuliah pendengar sama sekali tidak mengganggu kuliah aku di ITB yang IPK-nya masih 4. Malah aku aktif bertanya dan berdiskusi lebih kritis dari mahasiswa sejarah yang kelasnya aku ikuti.
Pada mata kuliah prasejarah dunia, aku bertanya jangan-jangan kisah Nabi Nuh merupakan kepunahan manusia pertama? Pasalnya Mitologi Yunani, India dan dari Tiongkok juga ada yang sebangun? Kapan kira-kira terjadi 4 ribu tahun sebelum masehi? 10 ribu tahun sebelum masehi di mana ada peradaban pertama atau sebelum itu?
Aku juga membuat Hendri Gustaman, arkeolog dari BRIN yang jadi dosennya terperanjat aku hadir di kuliahnya. Dia orang BRIN yang selalu membela aku bila dicurigai jadi dalang soal klonning.
Aku mengatakan cerita Gunung Padang bahwa yang mengatakan ada piramid yang usianya 27 ribu tahun lalu bertentangan dengan mulainya peradaban manusia. Lagipula itu kan akhir zaman es, di mana manusia di utara berburu mamooth. Dia sudah lama kesal dengan hipotesa-hipotesa yang disebutnya ngawur itu.
Dalam pelajaran bioteknologi aku menanyakan bukankah klonning bisa menyelamatkan spesies yang terancam punah? Lepas dari etika klonning bisa menghibur ibu yang kehilangan anaknya dengan melahirkan anak yang serupa dengan anak tersebut?
Rekayasa genetika bisa menciptakan pangan yang anti terhadap hama, tetapi lebih baik membuat kembali kesuburan lahan pertanian hingga tanaman organik bisa lebih banyak, sementara untuk hama bukankah predator hama itu bisa dihadirkan, kalau perlu dengan klonning?