Saya masih mengingat pada pertengahan 2018 bersama berapa kawan mengunjungi Kawasan Wisata Mangrove, Muara Angke, Jakarta Utara.
Tiket yang harus dirogoh dari kocek memang cukup mahal Rp30 ribu per orang. Saya paham merawat kawasan eko wisata memang mahal.
Hasilnya, saya seperti menemukan oase segar, surga hijau di tengah gemerlap property dan hutan beton di Jakarta. Di sebelah areal seluas 100 hektare ini adalah kawasan elite Pantai Indah Kapuk.
Taman Wisata Alam Mangrove Angke, Jakarta Utara resmi berdiri pada 25 Januari 2010. Butuh 12 tahun, sejak 1998 untuk merestorasi lahan yang tadinya ditempati penambak liar yang merusak alam dan mangrove dan dipenuhi sampah.
Setelah direhabilitasi luas tanaman mangrove mencapai 40% dari lebih dari 10 spesies, di antaranya bakau besar (Rhizophora mucronata Lam), bakau merah/slindur (Rhizophora stylosa), tancang (Bruguiera gymnorrhiza), api-api/sia-sia (Avicennia alba).
Inisiatornya patut diapresiasi karena membuktikan hutan mangrove bukan menciptakan hal yang liar, menakutkan, tetapi bisa menyenangkan. Pelestarian lingkungan bisa dikawinkan denga pariwisata.
Hal yang sama dibuktikan Lia Putrinda di Pantai Clungup, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Ketika dia berada di Pantai Clungup pada 2004, Lia bertanya pada ayahnya. "Kok bisa panas begini tidak ada kehidupan?" ujar Lia seperti dikutip dari Koridor
Sejak itu ketika masih umur 12 tahun, Lia memulai kerja konservas melakukn restorasi mangrove. Berkat kerja kerasnya bersama tim, Lia mampu menanam 77,7 ha dari target utama 81 ha. Kerja keras ini Clungup Mangrove Conservation (CMC) Tiga Warna, unit pariwisatanya.
Kawasan Clungup Mangrove Conservation Tiga Warna (CMC Tiga Warna) ini tepatnya terletak di Desa Tambakrejo, Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Kabupaten Malang, Jawa Timur ini.
Kawasan ini dibagi menjadi dua area konservasi: area konservasi Mangrove (Pantai Clungup dan Pantai Gatra) dan area konservasi terumbu karang (Pantai Sapana, Pantai Mini, Pantai Batu Pecah dan Pantai Tiga Warna).