Berkat kekuatan kalangan milenial, Partai Hijau, pengusung isu lingkungan mampu mempunyai kursi yang signifikan di Jerman. Seiring dengan makin memburuknya dampak perubahan iklim, partai seperti ini akan makin menguat di berbagai negara. Bagaimana dengan Indonesia?
Generasi milenial kini mencakup 20 persen populasi di Eropa. Mereka kerap disebut sebagai 'Generasi Hijau'. Mereka yang lahir antara tahun 80an dan akhir 90an ini senang berbelanja secara royal untuk pembelian yang lebih ramah lingkungan. Mereka cenderung percaya bahwa manusia mempunyai peran penting dalam mengatasi perubahan iklim.
Mereka berpengetahuan luas. Mereka membaca program pemilu dari partai-partai favoritnya. Bagi mereka semua, perlindungan iklim adalah salah satu isu terpenting. Generasi hijau dengan kategori ini mempunyai kekuatan signifikan di Jerman.
Munculnya Partai Hijau seiring dengan populernya aktivis lingkungan belia Greta Thunberg dengan aksi bolos sekolah untuk berdiri sendirian di luar Gedung Parlemen Swedia menuntut aksi pencegahan perubahan iklim dari para pimpinan negara pada 20 Agustus 2018. Bagi Greta tidak ada masa depan jika perubahan iklim tidak dicegah.
Pada September 2018, Greta memulai 'pemogokan' reguler dari kelas setiap hari Jumat untuk protes masalah iklim. Dia mengundang siswa lain untuk bergabung dengan kampanye mingguannya "Jumat untuk Masa Depan" dengan melakukan pemogokan di sekolah mereka sendiri. Pada November 2018 setidaknya lebih dari 17.000 siswa di 24 negara berpartisipasi dalam pemogokan sekolah Jumat.
Tentunya ada pengaruh gerakan Friday for Future, pada pemilihan umum 2021 Partai Hijau Jerman telah memenangkan 15% suara dalam pemilihan federal. Kemenangan ini membuat partai ini ikut dalam koalisi pemerintahan.
Menurut jajak pendapat sebelum pemilu waktu itu lebih 18% pemilih berusia antara 16 sampai 24 tahun ingin memilih Partai Hijau --- lebih banyak daripada partai lain mana pun. Di tempat kedua ada dua partai dengan masing-masing 16%, yaitu Sosial Demokrat SPD dan Liberal Demokrat FDP.
Meskipun demikin menurut ilmuwan politik Oskar Niedermayer dari Free University Berlin Partai Hijau tidak pernah menjadi partai besar dalam hal program, anggota, dan jumlah pemilihnya. "Para pemilih inti Partai Hijau masih cenderung muda, perkotaan dan berpendidikan," katanya.
Konflik Partai Hijau Jerman dengan Konstituten
Sejak 1998, ketika Partai Hijau berkoalisi dengan SPD membentuk pemerintahan. Tujuan partai politik adalah untuk memerintah. Segera koalisi terbentuk, Partai Hijau dihadapkan pada pada krisis pertamanya dengan prospek partisipasi Jerman dalam misi NATO di Kosovo.
Partai Hijau juga membantu AS dalam Perang Afghanistan pada 2001. Kedua keputusan ini membuat sebagian pendukungnya menuduh Partai Hijau telah mengkhianati prinsip-prinsipnya. Padahal partai ini berbasis para milenial yang sangat konsen terhadap lingkungan hidup.