Masih sekira pukul Sembilan pagi ketika saya tiba-tiba di alun-alun Kota Batu, hari kedua saya dalam kunjungan ke Malang dan Batu. Hari kedua 9 September adalah agenda utamanya mengunjungi Museum Musik Dunia yang terletak di Jatim Park 3.
Saya berjanji ke wahana wisata hiburan tersebut bersama anak sahabat saya Dzaqi Fardhan yang berulang tahun ke 13. Ibunya, Ciciek Kemalasari adalah adik kelas saya di Jurusan Sejarah FIB UI yang memang tinggal di Batu, lebih sering berkomunikasi lewat chat.
Mulanya sulit menemukan spot tempat pertemuan di alun-alun yang tak ubahnya taman hiburan dengan adanya komedi putar selain taman yang luasnya tidak terlalu luas namun cukup padat. Namun anak itu mengenali saya menepuk dari belakang.
Setelah sarapan bersama di sebuah warung bakso, karena masih pagi, Dzaqi mengajak saya me mal setempat mengisi waktu, karena wahana itu baru buka pukul 11 siang.
Untuk mencapai tempat itu kami memakai ojek daring dari sebuah mal ke ke Jalan Ir. Soekarno sekitar lima menit dan tiba sekitar pukul sebelas siang.
Kami membeli tiket paket, seharga Rp170 ribu per orang, termasuk wahana Museum Musik Dunia. Dekat pintu gerbang wahana Patung Lilin Ebiet G. Ade dan Gombloh dengan gitarnya menggoda kami untuk berpose pertama. Keberadaan patung lilin dua maestro musik Indonesia rapi.
Pada lantai satu terdapat contoh alat musik dari Benua Eropa, Australia, India hingga Indonesia. Namun yang menarik perhatian Dzaqi adalah alat musik tiup bangsa aborigin. Siswa sebuah SMP di Kota Batu ini bahkan begitu piawai menerangkan alat musik kepada saya.
"Namanya Didgeridoo. Aku pernah membuat replikanya dari pipa paralon di rumah dan memainkannya, " ujar anak yang punya bakat musik ini. Anak itu begitu antusias terhadap dunia musik bahkan ikut memainkan berapa alat musik yang dipelajari secara otodidak mulai dari Taiko Jepang hingga piano klasik.
Pada lantai satu ini pengunjung bisa mencoba memainkan beberapa alat musik dunia, termasuk Taiko dari Jepang atau djembe dari Afrika. Total ada sekira 700 alat musik dari berbagai negara di museum ini termasuk gamelan dari Indonesia.