"Kawasan terbersih di Pantai Selatan Jawa. Untuk mencapainya dari Banjar dengan kereta api dengan mobil. Sementara dari Cilacap Anda bisa menggunakan perahu motor melewati Nusa Kambangan dan desa-desa panggung ke Sungai Kalipucang. Perjalanan kereta api yang paling megah sambil menyaksikan keindahan alam, terowongan yang mewah dan jembatan yang kokoh.
Di sana terdapat monumen alam dan taman hewan antara Dirk de Vries dan Mauritsbaai di dekat hotel. Pantai yang luas, laut yang tenang, gua dan atraksi lainnya, tenang dan sehat, akomodasi liburan yang indah untuk tua dan muda, harga yang adil".
Demikian iklan bertajuk "Badhotel Pangandaran" dimuat dalam "Preanger Bode" 30 Mei 1923.
Sejak masa Hindia Belanda, Pangandaran menjadi tempat wisata tersembunyi di pantai selatan Priangan karena keterpencilannya. Nama Penanjung, Parigi, Kalipucang di wilayah Pangandaran itu sudah mulai disebut pada awal abad ke 20.
Teluk Penanjung disebut dalam buku "Onderzoek naar de oorzaken van de mindere welvaart der inlandsche bevolking op Java et Madoera, terbitan 1905 tentang budi daya ikan. Residen Preanger (waktu itu dijabat Gustaaf Adolf Frederik Jan Oosthout: 1903--1907) memberikan catatan bahwa dekat muara sungai lebar di Teluk Penanjung, kawasan Sukapura (masa itu Pangandaran masuk Sukapura) terdapat kelimpahan ikan yang cocok untuk pemancingan terutama masa musim timur. Tambak alami bisa diciptakan dengan cara membendung air laut.
Namun akses utama baru dimulai dengan pembangunan jalur kereta api Banjar-Kalipucang-Parigi pada Juli 1913, sekalipun pada 1909 telah dilaksanakan pengukuran pada jalur tersebut.
Menurut informasi dari KAI. Heritage dalam tulisannya "Jalur Keretapai Banjar Pangnadaran Cijulang, Pembangunan jalur ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian 1) Banjar-Kalipucang dan bagian 2) Kalipucang-Parigi, dengan total keseluruhan sepanjang 82,5 km yang dipimpin oleh Ir. J. K. Lagerway.
Wilayah Banjar-Kalipucang merupakan daerah dataran sedangkan Kalipucang-Parigi merupakan daerah pegunungan. Jalur Banjar-Kalipucang rampung pada 15 Desember 1916 dan dapat dibuka untuk eksploitasi umum.
Jalur tersebut memang diprioritaskan selesai terlebih dahulu mengingat daerah yang dilewati lebih potensial dibandingkan daerah yang dilewati jalur bagian kedua. Pada awal pengoperasian jalur Banjar-Cijulang tersedia dua kali aktivitas pengangkutan kereta api.
Tahun 1918 pembangunan bagian kedua dapat diselesaikan. Dalam rencana semula, Parigi merupakan titik akhir pembangunan. Namun, daerah Parigi kurang cocok sebagai akhir pemberhentian. Akhirnya pemerintah mengusulkan menambah ujung akhir jalur menuju Cijulang sepanjang 5 kilometer.