TIGA
Charles baru bisa datang sekitar pukul setengah satu. Kami salat zuhur dan kemudian menyantap dulu hidangan yang "disediakan" Mamanya Sundari. Mereka belum kembali. Yang buat kami bergidik, siaran televisi berita siang seperti memuat laporan beberapa hari lalu, seolah-olah itu berita hari ini.
Tentu saja kami tahu soal viral benda asing melayang di Kota Bandung, soal kemungkinan ada kemunculan virus baru yang disebut Razov akan menggantikan AIDS/HIV, iklim ekstrem dan ketegangan antara Tiongkok dan AS di Laut China Selatan.
"Urutan pun sama, nanti ada wawancara dengan Dhimas Haris," ucap Sundari. "Ada di mana kita, sebetulnya? Seolah program televisi direkam dan kemudian disiar ulang sesuai jamnya. Nggak mungkin redaksi televisi buat kesalahan jurnalistik yang demikian telaknya."
Berita media daring, termasuk "Membaca Indonesia" tidak diupdate. Berhenti pada tengah malam kemarin. Seolah tengah malam kemarin waktu telah berhenti. Kiamat?
Kami masuk mobil Charles membawa tas ransel dan laptop masing-masing. Mobil mulai bergerak meninggalkan kompleks itu.
Tak tampak seorang pun tapi setiap rumah bersih. Lampunya mati tanda tak ditinggal. Beberapa ekor kucing lewat dan ada seorang anak perempuan mungkin usianya lima tahun dan dikenal Sundari.
"Berhenti sebentar Bang!" kata Sundari.
Mobil berhenti, Sundari membuka jendela dan menyapanya."Halo, Puti, kemana saja kamu? Dicariin Bunda dan Ayah kamu tahu?"
"Saha Sun?"
"Tetangga sebelah rumah," jawabnya.