SATU
Dewi Sundari, reporter Biro Bandung tiba-tiba mengirim pesan WhatsApp kepadaku agar ikut hadir kopi darat WA Grup yang memang saya ikuti "After Midnight", grup orang-orang karena berbagai alasan melewati tengah malam.
Pertemuan dilakukan tengah malam minggu di sebuah kafe di kawasan Dago Atas, Bandung. Sesuai dengan nama grupnya acara puncaknya melewati tengah malam. Semua anggota grup yang terdiri dari empat belas orang konfirmasi hadir, kecuali aku. Posisi aku kebetulan ada di Bandung menghadiri acara keluarga, resepsi pernikahan salah seorang sepupu.
"Kang Rivai jemput Sundar di rumah" demikian pesan WhatsAppnya.
Sundari, demikian nama panggilannya, karena dia tidak mau dipanggil Dewi, memang dekat dengan aku, redaktur sebuah media daring. Sebetulnya kami pernah mengalami kejadian menegangkan sewaktu sama-sama berjaga di shift malam beberapa minggu lalu, ketika suatu kejadian misterius membuat sejumlah orang hilang di sejumlah tempat.
Kami dari "Membaca Indonesia" kehilangan reporter Hendaru yang hilang bersama Iptu Pratomo sebuah tim buser yang mengintai sebuah aksi geng motor di kawasan kota tua Jakarta. Polisi dan masyarakat mulanya menduga itu ulah geng motor yang dipimpin Berti, seorang anak pejabat tinggi.
Tetapi Berti dan tujuh rekannya juga hilang dan tinggal motor mereka tergeletak. Ayahnya seorang petinggi di sebuah kementerian sempat menuding polisi melakukan operasi petrus, namun dia kemudian menarik laporannya. Investigasi Komnas HAM maupun internal tidak menemukan tanda-tanda pergumulan. Sepertinya mereka hilang begitu saja.
Kesaksian Lukman yeng mengaku diculik oleh Berti dan kawan-kawannya bahwa ada "sesuatu" yang menyergap mereka diabaikan. Lukman, anak SMA yang kerap mengalami perudungan atau dibully oleh Berti, dianggap terganggu jiwanya.
Apa yang terjadi? Ada informasi yang diduga hoaks mereka diserang segerombolan mahluk mirip mitologi vampir. Aku nyaris menduga demikian berdasarkan keterangan yang aku kumpulkan termasuk dari Lukman, anggota "After Midnight" juga. Sekalipun pesan suara dari Lukman melalui WA-nya mirip dengankepak kelelawar ukuran besar.
Apakah media fokus pada hilangnya sejumlah orang ini? Oh, tidak. Media lebih tertarik pada pemilihan Presiden yang akan digelar dalam waktu dekat atau soal investasi asing. Kami dari Membaca Indonesia juga harus berupaya untuk tidak lupa. Masalahnya belum pasti Hendaru dan delapan polisi yang bersamanya itu tewas atau hilang, karena tidak ada mayatnya.