Sang Kuriang Tanding
Pihak istana sudah menyediakan satu rumah untuk kami dalam lingkungan istana. Ada dua kamar. Aku dan Ira di satu kamar, lainnya Harun, Andrian dan Ginanjar. Kami juga disediakan pakaian seperti warga Parahiangan. Kami mandi dan berganti pakaian.
Kami mengadakan rapat di balai dalam rumah itu.
"Yang aku tangkap dalam omongan kalau dia benar Elang, dia cerita Iskanti dan Taruma sudah meninggal dibunuh bangsa Atlantis," ungkap aku.
Ira terkejut. Dia menitikan air mata.
"Elang dan Iskanti menikah..."
Ira memeluk aku dan aku menyambutnya. "Kita bisa lihat makam mereka di taman."
Ira mengangguk.
"Kalau begitu misi sudah selesai. Kita bisa kembali dan membawa Elang, juga jenazah Iskanti dan Taruma," ujar Kapten Ginanjar.
"Tidak semudah itu. Mereka sudah tinggal disini puluhan tahun menurut waktu di sini," jawab Harun.
"Tetapi yang berat, Elang yang sudah menganggap dirinya Sang Kuriang tidak percaya. Dia mengira aku orang lain yang dikirim tetua langit bukan ibunya. Logika dia aku harusnya nenek-nenek."