Lihat ke Halaman Asli

irvan sjafari

TERVERIFIKASI

penjelajah

Review "OTW Bahagia", Inspirasi Para Pencari Bahagia

Diperbarui: 26 Mei 2019   17:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi-Foto: Irvan Sjafari

Dalam berapa hari saya membaca buku  bertajuk OTW Bahagia: Perjalanan Menciptakan dan Menemukan Kebahagian diterbitkan CV Motivaksi Inspira, 2019  memuat testimoni 131 penulis tentang pandangan mereka yang disebut bahagia.  Daya Tarik utama buku ini bukan saja cara mereka mengungkapkan kisah mereka menemukan kebahagian dan  yang menarik sebagian besar penulis adalah perempuan dan berusia relatif muda hingga pertengahan. Mereka mengenyam pendidikan di bangku kuliah dan punya latar belakang religus yang kuat, serta kebanyakan tinggal di kota-kota besar.

Banyak tulisan dalam antologi ini penulis  menyitir ayat Alquran, namun ada di antara mereka juga membaca novel populer seperti Harry Potter, penulis manacengara seperti Sanchita Pandey, Eric Weiner kerap disebut, mereka mengadopsi budaya global.   Terdapat juga persoalan quarter life hingga krisis middle age. Tentunya juga ada penulis-penulis dari kalangan Kaum Adam.

Jee Luvina, penulis dan founder @tulisyuk tampaknya yang menggagas antologi ini memberikan pengantar singkat: Ada yang dengan mudah untuk bahagia. Ada yang harus berkorban dan berjuang untuk bisa bahagia. Setiap orang mempunyai kisah kebahagiannya sendiri.  Setelah membaca buku ini saya mengambil sebagian penulis perempuan dan mengelompokannya dalam berapa kategori.

Para Ibu Rumah Tangga

Di antara penulis ada juga menikah dengancara  Taaruf dan menjalani kehidupan rumah tangga yang relatif mulus, seperti kisah Cinintya Amalia "Proses Bahagiaku" , Jauhariatun Marfu-ah  dalam tulisannya "Karenamu Saya Bahagia" atau Wiwit Widyastuti yang bahagia menjadi ibu rumah tangga penuh, nyaris seperti cerpen majalah remaja dan wanita tahun 1980-an hingga 1990-an.

Ada juga tentang dilema klasik pergumulan batin antara tetap menjadi working mom atau stay at home,  dialami  Riska Yuniarti Iskandar yang ingin menjadi istri cantik saleha untuk suami dan smart parent bagi anak-anaknya  dalam "Semesta Bahagiaku" dan perang batin yang dirasakan Ratih Tanjungsari dalam "Aku Bahagia dengan Caraku", yang intinya tidak masalah bekerja, asalkan ketika sudah di rumah waktu hanya untuk anak-anak dan suami.  

Ada yang memkompromikan mencari penghasilan tambahan sekaligus kebebasan berekspresi dengan bisnis daring (online), namun ada yang bersama-sama suami menjadi wirausaha seperti Riska Rizkiani dalam "Menikahi Bisnis".  Pengalaman Riska kerap saya temui ketika menulis soal wirausaha di Kota Bandung, biasanya suami bagian produksi dan isteri bagian marketing atau sebaliknya.  Tidak jarang, para suami-isteri berwirausaha ini belatar belakang Pendidikan tinggi.

Yang membuat saya terhenyak ialah tulisan Zenita Suryadi yang berhenti bekerja karena diminta suami. Namun dalam perjalanan hidupnya saya merasakan penyesalannya, ketika usaha suami mundur dan penghasilan berkurang dia teringat masih single dan masih bekerja berkecukupan. 

Apa kau sudah bahagia saat ini Zen? Tanya Karibku mengusuik lamunan panjangku.

Ya, sedang kuusahakan dengan sangat? Jawabku mantap smabil menutup sampul karibku. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline