Lihat ke Halaman Asli

irvan sjafari

TERVERIFIKASI

penjelajah

"Foxtrot Six", Thriller Dystopia Rasa Hollywood

Diperbarui: 23 Februari 2019   22:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adegan dalam Foxtrot Six-Foto: Kincir.

Ketika trailernya muncul di Youtube, saya termasuk yang menyambut baik kehadiran "Foxtrot Six".  Sekalipun saya menyadari bahwa penggarapan dan hasil film ini  masih di bawah Hollywod, setidaknya ada dua hal yang ditawarkan film yang besutan  Randy Korompis ini.  

Pertama,  tema dystopia (masa datang)  yang jarang  ditawarkan sineas Indonesia.  Setahu saya film dystopia Indonesia lainnya ialah  3: Alif lam Mim besutan Anggy Umbara (2015). Kedua seluruh dialog dalam  film ini menggunakan Bahasa Inggris, juga bukan hal baru, karena  Modus Anomali (2012) dari Joko Anwar  menggunakan dialog serupa.

Hanya saja memang kekayaan adegan laganya jauh lebih banyak dibanding film thriller Indonesia lainnya dan mengadaptasi  laga Hollywood  dengan teknik CGI-nya. Kalau mereka yang suka hiburan laga, Foxtrot Six bisa jadi alternatif dan tidak akan mengecewakan.

Pada 2031 dikisahkan Indonesia berada suatu rezim otoriter  dengan partai tunggal  Piranas didukung pasukannya dengan teknologi canggih.  Sang Presiden tidak sendirian tetapi dia didukung oleh seorang petinggi militer, seorang konglemerat bisnis hingga konglemerat media.  Memang menakutkan kalau pilar ke empat demokrasi sampai bisa terkooptasi kekuasaan. 

Angga (Oka Antara), seorang anggota dewan, mantan anggota marinir  dipanggil untuk menyelesaikan suatu krisis yang dihadapi Indonesia, yaitu ancaman revolusi sosial, rakyat kelaparan dan elit  politik malah berpesta pora.  Angga menawarkan suatu solusi yang baik,   tetapi malah ia masuk jebakan politik rezim itu dan dia dikihanati.

Cerita bergulir Angga bertemu dengan kelompok Reform, yang didirikan oleh pacarnya dua belas tahun lalu, mantan seorang jurnalis bernama Sari (Jullie  Estelle)  dan dia sudah punya puteri.  Kelompok ini juga melindungi presiden yang digulingkan oleh rezim itu.

Mereka mengetahui bahwa Rezim Parinas akan melakukan genosida dengan rekayasa yang mengkambinghitamkan kelompok  reformasi.  Angga merekrut  kawan-kawannya dulu, seperti  Tino (Arifin Putra), Oggi (Verdi Solaiman), Ethan (Miller Khan) dan Bara (Rio Dewanto). Karakter Ethan yang paling menarik, seorang vlogger esentrik.

Mereka dibantu juga oleh Spec (Chico Jheriko),  mantan  tentara yang bergabung  dengan reform.  Karakter ini tidak banyak bicara , namun piawai di lapangan. Jadi Mereka berenam dand disebut rubah dari buku dongeng yang diberikan Angga pada anaknya.

Apakah mereka berhasil   mengggagal rencana keji Rezim Piranas? Hal ini menjadi inti cerita film ini.  Mereka harus berhadapan dengan pasukan, salah  seorang di antaranya menggunakan teknologi pakaian kamuflase  hingga mesin tempur bernama Kodiak. 

Pertempuran antara keenam orang ini melawan pasukan Rezim Piranas  memang banyak mengadaptasi adegan laga Hollywood.  Kalau  disimak mulai dari  melawan  kelas prajurit hingga perwira sebangun dengan thriller film action Barat. Namun saya menikmatinya. Kisahnya juga  bertutur runtut .

 Oh,ya film ini masih menyisakan ending  yang menarik: yang tidak diduga dan hal ini relevan dengan situasi global sekarang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline