Lihat ke Halaman Asli

irvan sjafari

TERVERIFIKASI

penjelajah

Westerling, APRA, dan Aksi Reaksioner Desertir Militer Belanda

Diperbarui: 24 Januari 2019   11:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Korban aksi APRA 23 januari 1949-foto: repro Kementerian Penerangan Jawa Barat, 1953-oleh Irvan Sjafari

Senin pagi, 23 Januari 1950 sekitar dua puluh hingga tiga puluh truk berisi orang-orang berpakaian tentara Belanda memasuki kota Bandung dari Jurusan Cimahi.

Pemandangan yang biasa bagi warga Bandung, karena kerap terjadi selama Perang Kemerdekaan. Penyerahan Kedaulatan pada 29 Desember 1949 yang secara resmi mengakhiri perang lebih membuat penduduk tidak merasa hal aneh, karena sedang dalam masa transisi.

Tetapi setibanya di Jalan Braga orang-orang bersenjata lengkap itu berloncatan turun dan melepas tembakan dengan gencar. Para penduduk pun lari tungang-langgang. Namun di antara para saksi mata melihat jelas serdadu yang memakai tanda APRA.

Sementara rombongan APRA yang lain berjalan kaki, naikjip dan motorfites berjumlah sekitar 500 orang mengadakan steling di gang-gang dan melepas tembakan ke atas dan ada pula yang ditujukan pada berapa rumah. Pos polisi sepanjang Jalan Cimindi, Cibereum dilucuti.

Di jalan Perapatan Banceui dalam kota seorang TNI yang mengendarai jip dan tidak bersenjata diberhentikan, dipaksa turun dan angkat tangan kemudian ditembak mati. Mayatnya ditinggalkan.

Di Jalan Braga depan Apotek Rethkamp sebuah sean dihentikan, tiga pemumpangnya disuruh turun, Seorang Letnan TNI tanda pangkatnya diambil kemudian ditembak mati, dua sipil dibawa dengan truk.

Di depan Hotel Preanger sebuah truk berisi tiga orang TNI ditembaki hingga oleng dan melanggar tiang listrik sampai tumbang. Truk itu terguling. Tembak menembak terjadi di Jalan Merdeka di mana 10 serdadu TNI berguguran. Di perempatan Suniaraja-braga tujuh orang TNI tidka bersenjata mengendarai truk ditembaki dari muka dan belakang.

Perlawanan cukup hebat terjadi di Kantor Staf Kwartir Divisi Siliiwangi Oude Hospitalweg. Sebanyak 15 serdadu TNI dipimpin Letkol Sutoko berjuang melawan ratusan serdadu APRA. Pertempuran selama setangah jam dilakukan hingga peluru habis. Letkol Sutoko dan Letkol Abimanyu dan seorang perwira lain berhasil meloloskan diri.

Letkol Lembong dan ajudannya sebetulnya baru datang ke markas Siliwangi tidak menduga sudah diduduki tentara APRA. Ia baru sja berangkat dari rumahnya. Pada saat hendak masuk mobilnya ditembaki. Lembong dan ajudannya Leo Kailola gugur dan mayatnya dirusak.

Pasukan APRA yang kemudian diketahui didalangan Kapten Raymond "Turk" Westerling menghilang menjelang petang. Beredar kabar bahwa yang terlibat bukan saja tentara KNIL tetapi juga 150 tentara baret hijau tentara Belanda dan sebanyak 120 telah melaporkan diri pada komandan tentara Belanda di Bandung.

"Geledek di Waktu Terang" demikian salah satu judul berita Persatuan Termasuk Harian Padjadjaran edisi 24 Januari 1950. Buku Profil Jawa Barat terbitan Kementerian Penerangan 1953 menyebutkan, 79 anggota TNI dan 6 sipil gugur dalam peristiwa tersebut. Namun hanya 61 orang yang bisa diidentifikasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline