Sukarno menyebut 1962 sebagai Tahun Kemenangan dalam pidato menyambut Hari Kemerdekaan RI 17 Agustus 1962. Panglima Kodam Siliwangi Ibrahim Adjie dalam pidato radionya juga mengulanginya dalam pidato radionya 2 Januari 1963 menyambut tahun baru.
"Juga Tahun Kemenangan bagi Jawa Barat dengan pulihnya keamanan. Betul-betul sebagai kemenangan persatuan, kemenangan saling mengerti, kemenangan saling membantu," ucap Adjie berapi-api
Pikiran Rakjat edisi 3 Januari 1963 mengumumkan Celengan cendrawasih untuk membangun irian Barat sumbangan dari pembaca surat kabar itu mencapai Rp1,38 juta. Jumlah yang luar biasa di tengah kehidupan yang sulit dan begitu gegap gempitanya semangat nasionalisme.
Pikiran Rakjat edisi 2 Januari 1963 membuat headline "Sang Merah Putih Berkibar di Samping bendera PBB di Bumi Irian Barat". Disebutkan Kepala pemerintah UNTEA Dr Jalal Anduh (diplomat dari Pakistan) resmi mengumumkan sejak 31 Desember 1962 jam 12.30 waktu setempat merah putih berkibar.
Di Kotabaru upacara penaikan bendera merah putih dilakukan di kediaman Perwakilan RI dalam sebuah upacara sederhana disaksikan Menteri Panglima Angkatan Darat Mayjen Ahmad Yani, serta sejumlah perwira seperti Komodor UdaraLeo Watimena, Komodor Laut Sudomo, Panglima Mandala Brigjen Suharto hongga Komandan Pasukan PBB Brigjen Sjafrudin Khan dan kepala Perwakilan Belanda Goedhart.
Tahun kemenangan berlalu. Namun perayaan tahun baru 1963 tidak segegap gempita tahun-tahun sebelumnya. Perayaan yang melibatkan pejabat hanya sebuah upacara penyerahan celengan Cendrawasih di Bumi Sangkuriang, Ciumbuleuit menjelang tengah malam kepada Gubernur Jabar Mashudi dan ucapan selamat tahun baru hanya setengah jam. Tahun baru jatuh pada Hari Selasa 1 Januari 1963. Warga Bandung seolah mengikuti seruan Wali Kota Bandung Priyatna Kusumah untuk sederhana dan tidak berlebihan.
Justru kemudian kabar buruk bermunculan di surat kabar kota. Pikiran Rakjat edisi 10Januari 1962 memuat pernyataan Kepala Dinas kesehatan Jabar Dr Samedi Adibrata yang mengumumkan selama 1962 jumlah penduduk Jabar yang tewas akibat wabah cacar mencapai 556 orang dan yang diserang 9139 orang. Pencacaran ternyata harus diulang.
Belum lagi masalah wabah cacar tuntas, banjir menghanta kawasan Subang dan merendam 3250 rumahdan 300 hektar sawah pada pertengahan Januari 1963. Jumlah kerusakan semakin besar pada 22 Januari 1963 diuukan tanggul-tanggul bobol di 4 kecamatan wilayah Pruwakarta menyebabkan sawah banjir tanggul yang bobol panjangnya mencapai 11 km di Cimalaya.
Pikiran Rakjat membuka sumbangan untuk korban banjir. Pangdam Siliwangi Ibrahim Adjie bertindak cepat mengirimkan para serdadu membantu warga, ketika pamong praja kebingungan harus berbuat apa. Warga Bandung di Jalan Padasuka seperti Indra Permana dalam surat pembacanya memberikan apresiasi. "Panglima menunjukan kepeduliannya kepada korban banjir," ucap Indra.
Bagi warga Kota Bandung memasuki Januari 1963 tak kalah buruknya. Jumlah perceraian di Kotapraja Bandung selama 1962 menembus 5697 dibandingkan 9490 pernikahan. Yang rujuk hanya 409 orang. Penyebab pereraian 85 % masalah ekonomi. Para suami dituding tidak pernah member nafkah.
Razia gelandangan dan juga pelacuran terus dilakukan pamong praja. Pada januari 1963 sebanyak 145 gelandangan dikumpulkan, tetapi ternyata panitya kebingunang karena kekurangan tempat penampungan. Tempat yang ada seperti Panti Karya Marga Mulya di Lembang kewalanhan.