Lihat ke Halaman Asli

irvan sjafari

TERVERIFIKASI

penjelajah

Ateng-Iskak pun "Hidup Kembali"

Diperbarui: 13 Januari 2019   12:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Augie Fantinus sebagai Ateng dalam film

Dalam kenangan saya nama Andreas Leo Ateng Suripto (Ateng), Iskak Darmo Suwiryo (Iskak), Bing Slamet dan Eddy Sudihardjo (Eddy Sud) dan Ahmad Syech Albar (Bing Slamet), ketika masih kanak-kanak pada 1970-an ketika mereka tergabung dalam Kwartet Jaya dan Film Bing Slamet Dukun Palsu (1973). Bing Slamet Koboi Cengeng (1974).

Saya juga masih mengingat Ateng dan Iskak lewat acara "Ria Jenaka" di TVRI dan sejumlah acara di televisi. Namun kesan saya yang mendalam terhadap akting Ateng ketika dia bermain dalam film drama sedih yaitu Ira Maya dan Kakek Ateng (1979).

Sementara untuk Iskak sendiri baru saya tahu ketika namanya muncul lewat iklan pemberitahuan pegelaran acara hiburan di Kota Bandung di Pikiran Rakjat, 21 Januari 1963 yaitu akan tampil dalam acara Malam Aneka Bing Slamet pada 3 Februari 1963 bersama Bagyo dan Atmonadi di Sport Hall Gelora Saparua.

Iklan yang sama saya lihat pada 1962. Iskak, Bagyo dan Atmonadi bergabung pada 1961. Boleh dibilang 1960-an nama Iskak sudah mencuat.

Sebagai catatan, Bing Slamet pada waktu itu sudah menjadi komedian dan penyanyi sejak era 1950-an, sudah saya singgung dalam berapa tulisan saya tentang sejarah Kota Bandung. Dalam beberapa acara di Kota Bandung Bing Slamet mengisi acara bersama Idris Sardi.

Mungkin karena saya lebih fokus sejarah Kota Bandung, sebagai penulis sejarah saya belum (atau terlewat) menemukan berita tentang kiprah Ateng di era 1960-an. 

Selain itu pria kelahiran Bogor, 8 Agustus 1942, paling muda di antara para pelawak yang kemudian menjadi legenda di era1970-an, di mana para pelawak bermunculan bak jamur di musim hujan hingga era 1990-an.

Menghidupkan Ateng dan Iskak dalam Lagi-lagi Ateng
Film Lagi-lagi Ateng yang disutradarai Monty Tiwa menghidupkan kembali karakter dua komedian yang kondang dalam sejarah dunia hiburan Indonesia tersebut. Tidak mudah, karena bukan sekadar hanya menghidupkan gestur dan tutur kata dua pelawak itu, tetapi juga brand kedua pelawak itu yang melekat dengan citra keluarga, seperti yang disyaratkan oleh keluarga almarhum kedua pelawak itu dan hal itu terungkap dalam konferensi pers di Jakarta, Senin 7 Januari lalu.

Hasilnya? Di mata saya Augie Fantinus berhasil menjadi Ateng dengan citra kekanak-kanakan, tetapi hangat kepada keluarga dan lingkungannya, gestur tubuhnya ketika merajuk pada ayahnya Budiman (Surya Saputra), yang digambarkan sebagai aristokrat, kaku dan sok tahu, dekat dengan keluarga keraton, pemilik sebuah peternakan di Salatiga. 

Budiman seorang single parent didukung Mbok (Rohana Srimulat), tokoh ini sebetulnya tribut terhadap Mak Wok, Wolly Sutinah, legenda 1970-an juga dan Iskak (Soleh Solihun), ikut membesarkan Ateng. Dalam film ini tetap kekanak-kanakan hingga usia ke 26. Sampai suatu ketika Ateng minta hadiah ulang tahun berlibur ke Jakarta dan menginap di sebuah hotel mewah.

Di hotel mewah itu ada Agung Sadewa, seorang motivator kondang dengan slogannya: masa lalu bisa menjadi masalah. Dia didampingi asisten pribadinya Cemplon (Jullie Estelle). Agung besar dengan seorang ibu single parent bernama Ratna (Unique Priscilla), seorang wanita karir. Agung dan Ateng bertemu dan kemudian menyadari mereka adalah saudara kembar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline