Pertengahan Januari 1962 badan kesehatan dunia WHO memberikan peringatkan wabah Cacar (Small Pox) melanda sejumlah negara di Asia dan Eropa. Jumlah penderita mencapai 1.127 orang, tidak saja di negara berkembang seperti India dan Pakistan, tetapi juga negara Eropa yang tergolong maju seperti Inggris, Jerman Barat dan Swiss.
BBC menyebutkan wabah itu bisa singgah di Inggris karena seorang wisatawan yang baru pulang ke Wales Selatan dari perjalanannya ke Pakistan mengidap penyakit tersebut. Dalam waktu singkat 19 warga Inggris tewas dan 900 ribu harus divaksinasi.
Pada pertengahan Maret 1962 warga Jawa Barat dikejutkan dengan berjangkitnya penyakit cacar (small pox) yang disebabkan virus variola. Penyakit ini mulanya menyerang Banten Selatan yang waktu masih kawasan terisolir. Sebanyak 254 warga banten terjangkit.
Kemudian menjalar ke Pelabuhan Ratu, Cianjur Selatan, Garut Selatan dan Padalarang. Korban yang paling banyak terdapat di Garut Selatan sekitar 30 warga terjangkit,kemudian meningkat menjadi 100 orang. Operasi pencacaran pun digelar tidak saja di Banten, tetapi juga di wilayah tetangganya DKI Jakarta dan Jawa Barat.
Warga Kota Bandung masih disibukan dengan antrian minyak tanah baru menjadi terkejut.Wartawan Pikiran Rakjat Mohammad Sidik menulis laporan itu pada 21 April 1962, bersamaan dengan para pemuda dan pemudi dari kalangan menengah justru asyik dengan dansa twist, tren baru masa itu.
Kepala Staf Harian Komando Operasi cacar Dr Suharto mengatakan bahwa penyakit ini mulanya berjangkit di Lampung pada Oktober 1962, kemudian menyeberang ke Tanah Jawa.
Awal April 1962 sebanyak 21 warga Jakarta dilaporkan terjangkit. Sekitar enam ribu mahasiswa dikerahkan untuk melakukan vaksinasi, karena Kementerian Kesehatan kekurangan tenaga.
Pemerintah Kota Bandung segera melakukan aksi vaksinasi. Kelompok yang disasar lebih dahulu ialah para gelandangan, yang dianggap menjadi potensi bahaya penyebaran. Para petugas menyusur gubuk-gubuk di sebelah barat Bioskop Nimala (eks Luxor). Sebanyak 540 gelandangan disisir untuk divaksinasi. Untuk itu Pemkot merogoh kocek sebesar Rp150 ribu dan beras untuk memberi makan gelandangan yang dirazia.
Meskipun demikian Kota Bandung tetap terjangkit awal Oktober 1962. Gubernur Jawa Barat Mashudi mengumumkan bahwa wabah cacar berkecamuk di seluruh wilayah Jawa Barat. Operasi pencacaran kemudian ditangani oleh Kodam Siliwangi. Pada 10 Oktober 1962 operasi cacar dan revaksinasi dilakukan si seluruh kota, namun hanya 80% warga kota yang bisa divaksinasi. Guru dan mahasiswa diikutsertakan sebagai petugas pencacaran. Di daerah lebih gawat lain, Komando Operasi Pencacaran mengumumkan dalam bulan yang sama bahwa hanya 30 persen warga Garut Selatan baru dicacar.
Awal Oktober 1962 Dinas kesehatan kota Bandung mengaku kesulitan menampung jumlah penderita cacar. Hingga 5 Oktober 1962 sekitar 300 warga Bandung diserang cacar. Rumah Sakit Rancabadak hanya sanggup menampung 80 penderita. Sebanyak 9 warga Bandung dilaporkan meninggal. Jumlah itu meningkat menjadi 30 orang pada pertengahan Oktober 1962. Hingga akhirnya seorang petinggi Kota Bandung Kartadikusumah mengusulkan kalau perlu gedung bioskop bisa dijadikan tempat perawatan penderita cacar. Sejumlah tenaga medis, seperti dr Bachum melatih relawan pencararan setiap RT 7 orang.
Gerakan pamungkas pencacaran di Kota Bandung dilakukan pada 8 hingga 10 November1962 sebanyak 50 orang dokter, 370 mahasiswa Fakultas Kedokteran Unpad , 200 siswa perawat dan 1200 relawan dari RK dan RT se Kotapraja Bandung diterjunkan secara besar-besaran. Pada 8 November, angka korban diumumkan, 44 warga kota meninggal dan 473 warga terjangkit selama wabah itu berkecamuk pada 1962.