Lihat ke Halaman Asli

irvan sjafari

TERVERIFIKASI

penjelajah

Berburu "Ular Tangga", Menikmati Akting Shareefa Daanish

Diperbarui: 18 Februari 2018   22:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Shareefa Daanish sebagai Gina dalam

Tahun 2017 boleh dibilangnya kembalinya Shareefa Daanish ke dunia layar lebar, setelah beberapa tahun vakum sehabis peranannya  di Rumah Dara yang menjadi ikon Ratu Horor. Ada tiga film semua bergenre horor tayang pada tahun itu,  Ular Tangga, Danur: I Can The See The Ghostdan The Curse.  Dua di antaranya sudah saya tonton di layar lebar, sementara Ular Tangga baru sempat beberapa waktu lalu melalui DVD. Dengan kata lain, saya berhasil menonton seluruh film Daanish yang dirilis 2017.

Masih ditunggu kebenaran rumor yang menyebutkan aktris kelahiran London 21 Juni 1982 itu kembali memerankan Dara dalam Rumah Dara 2 (atau prekuelnya) dan ada satu film lagi non horor yang mungkin baru tayang pada tahun 2018 ini.  Belum lagi kalau ia kembali dipercaya menghidupkan sosok Asih dalam film kasus yang berhubungan dengan Danur.

Shareefa Daanish yang membuat saya memburu Ular Tangga, sekalipun sepintas dia tampak hanya sebagai cameo atau peran pinggiran.  Film besutan Arie Aziz ini bercerita tentang Fina (Vicky Monica) yang dihantui mimpi buruk berulang, seolah firasat sesuatu yang buruk menimpa dia dan rombongan pencinta alam di kampusnya.

Seorang dosennya-tidak jelas Fina kuliah di jurusan mana, mungkin filsafat-memberikan masukan soal mimpi dan roh yang bisa dikendalikan, hingga kapasitas otak manusia.  Sang Dosen (Roy Marten) bercerita tentang alam jin dan manusia, bahwa mahluk gaib tidak bisa membunuh manusia di alam nyata (konsep ini mirip film The Forest),  serta ada manusia yang bisa masuk ke alam gaib dan begitu juga sebaliknya (sebangun dengan Insidious).

Tak satu pun teman-temannya, seperti Bagas, Martha, dan tiga lainnya percaya. Sampai Fina memberitahu bahwa kuncen gunung yang didaki bernama Gina (Shareefa Daanish), padahal Bagas belum menceritakan. Masih dianggap kebetulan.

Gina dari penampilannya persis seperti  "anak Gunung" memberikan pesan bahwa di alam tidak boleh mengambil barang yang milik hutan, tidak boleh meningalkan apa pun dan yang terpenting jangan melalui jalan yang ditutupi, serta tidak boleh treking shebais mahgrib: pamali.  Hal yang biasa saya dengar kalau ingin treking di alam bebas.

Gina sendiri hanya mengantar sampai ke pos pertama. Masalahnya dua di antara enam pencinta alam itu mengajak kawan-kawannya melanggar aturan pertama . Mereka melewati jalan yang ditutup dan tiba di sebuah rumah kayu tak berpeghuni. Kengerian pun muncul.

Fina yang peka melihat dua anak kecil berpakaian putih menggali sesuatu. Teman-temannya pun terprovokasi menggali tempat itu dan menemukan permainan Ular Tangga, mirip seperti film Jumanji.  Salah satu kawan Fina melempar dadu dan bencana yang sebenarnya dimulai.  

Kayu yang digunakan untuk membuat permainan ini diambil oleh pemilik rumah itu dahulu dari pohon keramat. Sebelum mereka jadi korban, sudah ada korban lain yang menjadi budak, nenek penunggu pohon itu.

Dari segi sinematorafi film ini tidak terlalu istimewa. Hal yang menakutkan sudah banyak digunakan film horor Indonesia umumnya, lebih banyak mengejutkan. Sosok nenek penunggu yang dingin dan tak bicara memang cukup menakutkan, tetapi masih biasa saja.

Plotnya juga meninggalkan banyak lubang, misalnya dari mana Fina mendapatkan bakat indigo dan siapa keluarganya tidak terjawab. Begitu juga sosok kelompok pencinta alam lebih tampak seperti gerombolan pendaki gunung amatir, tidak mempelajari gunung yang akan didaki dan begitu bodoh meyentuh barang yang sosoknya menyeramkan.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline