Lihat ke Halaman Asli

irvan sjafari

TERVERIFIKASI

penjelajah

Nicholas II dari Rusia, Frans Ferdinand dari Austria dan Pangeran Hidayatullah dari Banjarmasin di Tanah Priangan 1890-an

Diperbarui: 16 Agustus 2016   13:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nicholas II di Kerajaan siam setelah kunjungan ke Tanah Priangan 1890-an (kredit foto Getty images/www.rbth.com)

Surat kabar Bintang Barat terbit di Batavia Senin hingga Sabtu sejak 1870 hingga 1900-an memberikan Cukup banyak informasi tentang apa yang terjadi Tanah Priangan. Informasi maiih yang saya dapatkan dibuat menjadi tiga tulisan. Pada bagian pertama syaya menyinggung keberadaan anak Raja Russia dan Putra Mahkata Kerajaan Austria melancong ke Priangan untuk kegiatan berburu. Juga disinggung tentang kehidupan Pangeran Hidayatullah, pimpinan perlawanan rakyat Banjarmasin melawan Belanda yang diasingkan ke Cianjur.

Pangeran-pangeran dari Eropa

Pada Maret 1891, Tanah Priangan kedatangan tamu , yaitu anak Raja Rusia. Anak raja ini diceritakan berburu babi hutan di Cikurai. Bertemu jurang besar dan dalem di antara dua miringnja gunung 2800 m di atas laut. Anak raja gagah menembak bunuh 13 babi hutan ( Bintang Barat 10 Maret 1891) Selama dua hari di Garut, Anak Raja Rusia dua hari tinggal di rumah Bupati Garut Raden Ayu yang mempunyai enam kamar. Disebutkan bahwa Bupati Garut mendapat hadiah cincin emas dari anak Raja Russia ketika hendak kembali ke Batavia.

Tidak disebutkan nama anak Raja Russia yang berkunjung ke tanah Priangan. Namun Ajay Kamalakaran menulis di dalam harian online  Russia Beyond The Headlines mengkonfirmasikan nama Nicholas II (1868-1918), Tsar Rusia terakhir yang memerintah pada 1894 hingga 1918. Artikel ini membenarkan putra mahkota perjalanan dari Batavia ke stasiun Bogor sebelum melakukan perjalanan ke Bandung. "Buku harian Nicholas II menunjukkan bahwa ia secara fisik kelelahan saat ia berada di Hindia Timur dan panas dan kelembaban membuatnya bahkan lebih buruk," demikian kata sejarawan Russia Dudnik yang dikutip artikel tersebut. Waktu di Indonesia terdiri dari perjalanan panjang dan melelahkan untuk melihat gunung berapi [1] Pada waktu berkunjung ke Priangan, Nicholas II berusia 23 tahun. Sejarah kemudian mencatat bahwa Nicholas II menjadi korban dari Revolusia Rusia yang meletuas pada 1917.

Bangsawan lain yang menjadi tamu di Hindia Belanda ialah putra mahkota dari Kerajaan Austria (Oostenrijk) pada April 1893. Tujuannya jelas berpelesir. Tidak terlalu jelas siapa nama putra mahkota kerajaan Austria tersebut. Tetapi sebuah artikel dari Majalah Der Spiegel yang ditulis Matthias Schultz berjudul “Diary Rediscovered: Frans Ferdinand ‘s Journey Around The World”, juga dipublikan secara online pada 1 Maret 2013 memberikan konfirmasi namanya Frans Ferdinand Yoseph putra mahkota Austria-Hongaria berkeliling dunia pada tahun 1892. Usianya baru 28 tahun waktu itu.

Dalam artikel disebutkan bahwa Frans didampingi oleh lebih dari 400 orang, mulai dari pendeta angkatan laut ke bendahara kerajaan. Selama perjalanan, "FF," yang inisial resminya, menulis lebih dari 2.000 halaman catatan. Hindia Belanda disebutkan dalam ulasan, perjalanan itu tujuan utamanya India dan Amerika Serikat. Bisa dipastikan hanya Frans yang mengadakan perjalanan fantastis dan besar kemungkinan dialah yang singgah di Priangan. Frans Ferdinand ini putra mahkota yang terbunuh di jalanan Sarajevo, Serbia pada 28 Juni 1914 yang menyulut Perang Dunia [2]. Frans Ferdinand lahir pada 1868 dan tidak pernah naik tahta.

Kembali kepada kunjungan Frans Ferdinand. Pada masa itu Asia dipandang sebagai daerah eksotis untuk berpetualang. Tentunya rombongan bangsawan Austria ini mendapatkan sambutan meriah sejak menginjakan kaki di pelabuhan Tanjung Priuk. Mulanya kegiatan anak raja ini berburu buaya di Muara Baru, Batavia. Untuk kesenangan si bangsawan ini menembak buaya, pejabat di Batavia mengerahkan 25 serdadu dan empat papan yang ditarik satu stroombarker. Hadir dalam perburuan Asisten Residen Batavia. Tulisan dalam Der Speigel juga mengkonfirmasikan penembakan buaya di Batavia. Hanya saja disebutnya Jakarta.

It was a part of the world where the one could live in style. In April, FF and his entourage arrived at Jakarta, where he shot a crocodile. Afterwards, he had an opportunity to admire "conspicuously pretty Dutch women" wearing knotted skirts in the humid heat.

Dari Batavia rombongan putra mahkota Kerajaan Austria ini bertolak ke Bandung. Rombongan dijamu di rumah Residen siang harinya. Kemudian mereka berangkat pukul 3 sore ke Garut. Mereka tiba di stasiun Garut jam lima sore 13 April 1893. Stasiun dihiasi daun waringin dan cemara. Permadani terbentang di pelataran stasiun hingga keluar halaman. Turut dalam rombongan para pejabat seperti Residen Priangan. Beribu-rubu warga Belanda, Cina, hingga Bumiputera menonton dengan berdesakan menyaksikan upacara kedatangan tamu agung ini.

Menak kepala-kepala Soenda, semoea pakee pakean kabesaran berdjedjer di halaman stasion. Pangeran Oosterijk dihormati dengan moesik…Ada poen pakeannja Radja Peotra itu tjelana dan badjoe Trico Gading tepi blue aboe hampir semoea rata dengan penggiringnka (Bintang Barat,19 April 1893. Rombongan menginap di Hotel Von Horck yang jaraknya 25 tombak dari Stasiun Garut.

Frans Ferdinand Yosep dan eprmaisuri (kredit foto Der Speigel)

Malam Jum’at (Kamis malam) itu juga Putra Mahkota Austria menjadi tamu di Pendopo Kabupaten duduk dikursi beludru. Tamu agung menyaksikan pertunjukkan wayang orang dengan lakon gandanarma hingga pukul 21.30.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline