Lihat ke Halaman Asli

irvan sjafari

TERVERIFIKASI

penjelajah

Bersua Rusa Dago Pakar

Diperbarui: 30 Desember 2015   00:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Rusa-rusa jinak berebut makanan"][/caption]Sekitar dua puluh ekor rusa menyerbu ke pinggir pagar kawat begitu saya dan beberapa pengunjung menyodorkan sejenis rumput-rumputan.  Moncong mereka lansung menyambar dengan rakus dan langsung mengunyahnya.   Di antaranya  dua ekor  jantan dewasa  yang bisa ditandai dengan tanduknya di atas kepala.  Di belakang berapa anak rusa yang menyusui hanya duduk di belakang  pagar kedua sekitar dua meter dari pagar kawat.  Kami menikmati  memberimakan rusa yang tampak jinak.  Jangan kuatir untukmenyentuh kepalanya.  Di dekat pagar ada menara untuk melihat rusa-rusa dari atas. 

Siang itu, 25 Desember 2015  saya berada di penangkaran rusa di Taman Hutan Raya Djuanda Dago Pakar, Bandung, sekitar  satu setengah jam berjalan kaki melalui jalan setapak  hutan dari pintu gerbang. Tempat penangkaran rusa di Bantar Awi, di antara Air Terjun Maribaya dan Gua Belanda, atau sekitar dua  kilometer dari Gua Belanda atau tiga kilometer dari pintu gerbang.  Sebelum tiba saya menikmati panorama alam dengan 250 jenis pohon (40 familia dan 112 jenis species), Goa Jepang, serta menikmati suara berbagai hewan.    

Untuk mencapainya  saya  menempuh jalan setapak  menuju Maribaya namun berbelok  ke bawah  mengikuti papan petunjuk  dan melintasi  jembatan menyeberangi sungai.  Menurut Mang Ade, 42  tahun  rusa-rusa itu  sudah berada di Dago Pakar sejak awal 2013.  Mereka didatangkan dari  penangkaran rusa Jonggol.  Terdapat dua puluh lima ekor rusa  menempati areal seluas dua ribu meter persegi.  Jenisnya adalah rusa Timor (Servus Timorensis).

“Rusa-rusa itu tak berhenti  makan, kecuali yang masih bayi menyusui.  Sekalipun tidak takut pada pengunjung, rusa yang jantan bisa agresif di musim kawin  kalau  sampai ada pengunjung yang masuk dan dekat pada yang betina,” tutur Ade yang sudah setahun bertugas memberi makan rusa.  Dia membawa rumput-rumputan itu dengan sepeda motor bisa sampai 4 kali sehari.   Mang Ade bolak balik menempuh jarak tiga kilometer yang konstur tanahnya turun naik.  

Di  sebuah warung  dalam taman saya mengobrol dengan Ibu  Aah  48 tahun penjajanya, sekaligus juga warha lokal.  Ibu itu cerita rusa-rusa itu pernah kabur ke pemukiman dan memakan tanaman sayuran yang berada di kebun  milik penduduk.  Mang Ade membenarkan kejadian itu.  Setelah kabur rusa-rusa itu kembali dengan sendirinya hari itu juga  ke kandangnya secara bergerombolan, jadi tidak perlu dicari.  Berdasarkan pengalaman  itu pagarnya dibuat  lebih kuat.

Di Jawa Barat   terdapat  beberapa penangkaran rusa.  Selain di Istana Bogor, beberapa tahun terakhir ini tempat penangkaran sudah tersebar di kawasan Perum Perhutani di Kawasan Wanawisata Cariu, Jonggol dan Kawasan Wanuwisata Rancaupas, Rancabali, Kabupaten Bandung  dekat  Kawah putih Ciwidey dan juga di Dago Pakar.  Selain itu terdapat juga rusa di Konservasi Sumber Daya alam di Masigit, Kareumbi.  Di kawasan Rancaupas, rusa-rusa ini bahkan bisa berinteraksi langsung dengan pengunjung (tanpa pagar pembatas).  Para pengunjung dengan aman bisa  memberi makan dan mengelus kepala rusa. (Pikiran Rakyat, 3 Februari 2015).      

Saya kembali ke gerbang dengan menggunakan ojek bukan karena lelah, tetapi mengejar waktu Salat Jum’at.  Di perjalanan saya melihat para pengunjung terus mengalir masuk walau sudah tengah hari.  Setelah Maribaya dan Tangkubanparahu diambil alih swasta  wahana wisata yang murah meriah terus berkurang.  Tahura Djuanda Dago Pagar adalah di antara yang masih bisa terjangkau banyak orang.  Tiketnya masih Rp 10.000 plus Rp1000 buat premi. 

Di perjalanan pulang pergi ke penangkaran rusa,  berepa tempat sedang di perbaiki. Di antaranya pelataran  depan Goa Belanda, serta pembuatan saluran air minum dari  Maribaya.  Di beberapa spot terdapat tempat makan berupa saung  milik warga lokal.  Jadi tidak perlu khawatir kelaparan.  Yang menjadi  komplain saya ialah ketika keluar dari taman  agak sukar mencari masjid untuk  Salat Jum’at.  Hanya ada masjid  kecil hingga saya harus salat di jalanan.  Mungkin hanya untuk warga setempat dan tidak dimaksudkan untuk pengunjung di musim  libur.

[caption caption="perbaikan pelataran depan Goa Belanda"]

[/caption]

[caption caption="Pedagang makanan di perjalanan"]

[/caption]

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline