Lihat ke Halaman Asli

irvan sjafari

TERVERIFIKASI

penjelajah

Beberapa Catatan Hasil Pilkada Serentak di Kota Depok

Diperbarui: 10 Desember 2015   04:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Suasana TPS di Kampung Saya di Cinere"][/caption]

 

 

Cuaca cerah menyambut  hari pencoblosan Pilkada  Kota Depok di kampung saya kawasan Cinere  sekitar pukul  9.30, 9 Desember 2015 dan  sejumlah daerah juga berlangsung pilkada dan disebut sebagai Pilkada Serentak.  Petugas di TPS nomor 37  menyebutkan  bahwa saya adalah  orang yang ke 40 dari   sekitar 387 pemilih terdaftar di TPS itu.  Sementara di TPS 36 yang  tak jauh  hanya 31 orang dari sekitar 387 pemilih dan 40 dari 357 pemilih di TPS 35.  Partisipasi  ini sesuai dengan prediksi saya bahwa di Cinere  yang sebagian besar warga “dormitory”  (hanya numpang  tidur, tetapi aktifitasnya di Jakarta)  tidak terlalu antusias terhadap  pilkada Kota Depok.  

Ibu Lina, seorang  warga sekampung saya misalnya bilang bahwa ia tidak  kenal dengan calon walikotanya Idris Abdul dan pasangannya Pradi Supriatna yang didukung  PKS, Gerindra dan Demokrat  maupun Dimas Oki dan  Babai Suhaimi yang didukung PDI Perjuangan, Golkar dan PAN serta sejumlah partai lainnya .  Begitu juga Syari, sobat saya  tahu siapa mereka, tetapi  apa visi dan misinya tidak terlalu tahu.   Artis Tasya Kamila sesibuk apa pun menurut petugas  di TPS  tampak waktu Pilpres yang baru lalu, begitu juga Edwin.

Tampaknya  kedua pasangan ini  atau tim suksesinya tidak mengadakan aktifitas mendekat pada warga.   Saya sendiri melihat Somad dan Babai adalah warga asli  sementara Dimas dan Pradi sama-sama pendatang kombinasi yang seimbang, dengan dukungan kombinasi partai Islam dan nasionalis.  Namun tampaknya “pertempuran”  tidak terasa di wilayah kami,  tampaknya  kedua pasang calon lebih peduli pada Depok sebelah sana.

Sampai penghitungan suara di TPS 37 hanya 77 pemilih mencoblos, sementara pada TPS 36 sekitar 80-an dan TPS 35  sekitar 110-an.   Menurut seorang ibu RT yang ada di sana ia sampai bingung partisipasi tidak sampai 50%.  Pada penghitungan suara di kampung kami Dimas Oki/Babai  unggul tipis 142 suara dibanding  Somad/Pradi  131 suara atau selisih 11 suara dan 8 atau 9 suara rusak.   Kampung saya adalah perumahan yang heterogen dan tertata dihuni pensiunan hingga golongan menengah atas.                     

Saya sudah menduga  peluang Dimas Oki/ Babai  sebetulnya adalah daerah “dormitory” seperti Cinere, dan beberapa cluster di Sawangan  atau  di  Cimanggis  dibanding di kawasan tradisional sebelah selatan.  Namun karena tidak maksimal  menggarapnya, di kawasan ini juga  pasangan PKS/Gerindra  juga unggul. Di TPS 39 di Kampung Ismaya  yang “tradisional”   pasangan nomor urut 2 Somad/ Pradi  mendapat 149  suara sementara Dimas/Babai hanya 51 suara. 

Dari analisis ini  saya bisa menebak   Somad dan Pradi  dipastikan unggul di Kecamatan lain. Hasil quickcount  dari  Cyrus Network pasangan Idris Abdul Somad/Pradi Supriatna  mendapatkan 60,82% dan Dimas Oki/Babai  Suhaimi 39,18%.  Selisih 20%  sekali pun ada margin eror dan menunggu hasil dari KPU bisa dipastikan  Idris Somad yang kini  menjabat wakil wali kota bakal memimpin Depok  lima tahun mendatang. 

Mengapa  Somad dan Pradi unggul terutama di kawasan seperti Depok Lama, Beiji, Limo dan sebagainya?  Seorang sobat saya nama Dini, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di kawasan Depok Lama  mengungkapkan pengalamannya.  Bahasanya yang diungkapkan melalui melalui media sosial, tidak banyak saya edit dan dibiarkan lepas dengan bahasanya.  Tetapi itu mencerminkan pandangannya pada  calon yang bertarung 

Suatu  ketika Ramadhan  yang lalu saya suami dan anak, pergi naik motor cari buat bukaan.  Terus saya pergi ke pedagangnya, dan suami nunggu di pinggir jalan di atas motor. Tiba-tiba  rombongan Idris Somad lewat, melihat suami,  beliau langsung buka kaca mobil dan menyapa suami. Terus di akhir Romadhon, beliau sholat Jum'at di masjid dekat rumah, dan kebetulan ketua DKMnya suami saya, dan kebetulan pula giliran suami untuk jadi khotib Jum'at.  Melihat Pak Idris datang, sontak suami menyuruh beliau jadi khotib, beliau langsung oke, dan akhirnya pinjam sarung suami sebelum naik mimbar…” 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline