Bandung 1958 (9) Debut dari El Dolores (Los Morenos awal), Pelawak Us-Us, Band Saptawati dan Gemerlap Hiburan Balai Pertemuan Bumi Sangkuriang
[caption caption="Formasi Los Morenos. Awalnya bernama el Dolores (Combo) pada 1950-an akhir. Kredit foto (youtube)"][/caption]Lobi Hotel Homann, Kota Bandung pada 5 Juli malam sesak dengan sekitar seribu pengunjung yang menghadiri malam hiburan Blitz Night. Pertunjukkan utamanya adalah magnetiseur (Bahasa Prancis untuk ahli hipnotis) Soetrisno Hardjo Pringgodigdo yang membuat para penonton termasuk Panglima Siliwangi Kolonel Kosasih, Direktur Homann Sadak, Oya Sumantri, Wali Kota Bandung R. Priyatna Kusumah, serta Rosihan Anwar. Acara ini memang diselenggarakan oleh Persatuan wartawan Indonesia untuk membangun sebuah gedung wartawan di Kota Bandung.
Di tengah acara ada juga bincang-bincang dengan pemain bulutangkis asal Bandung Tan Yoe Hok yang namanya sedang bersinar waktu itu. Tanya jawab dipandu Master of Ceremony Yoe Noeswinoto dan Rusman Saleh. Di antara para pengisi hiburan terdapat bintang lain yang juga bersinar. Mereka adalah pelawak Us Us dan grup Band berirama Latin El Dolores Combo. Suasana Latin semakin lengkap dengan pertunjukkan tarian Spanyol.
Dalam malam Blitz Night ini juga dipertandingkan ratu, bintang dan dewi yang semuanya sebetulnya mirip bintang masa itu. Disebutkan Ny. S. A Prawirakusumah menang menjadi ratu karena mirip Mieke Widjaja, Ny. M. Suwarma mirip dengan Nun Zairina untuk kategori bintang dan Ny.A.K. Pohan mirip Tuty Suprapto untuk kategori Dewi. Para pemenang mendapatkan hadiah alat-alat kecantikan dari Vita Derm (berlokasi di Dipati Ukur), bahan pakaian dari seorang penguasaha bernama TB Drajat dan bingkisan dari Pabrik Limun Brantas (berlokasi di Jalan Oto Iskandar Di Nata) Pertunjukkan ini menghasilkan dana Rp30.000.
Pelawak Us Us (kelak dikenal dengan D’Bodors) pada waktu itu masih berusia 19 tahun mampu membuat para hadirin terpingkal-pingkal. Pelawak bernama asli Ahmad Yusuf ini waktu itu berduet dengan Sam. Sementara El Dolores Combo dipimpin oleh Rudi Rusady sudah berdiri pada 1957. Juli 1958 El Dolores banyak mendapatkan pekerjaan antara lain tampil di hotel yang sama pada 12 Juli 1958 untuk acara yang diselenggarakan para mahasiswa dan Retaurant Merdeka Sidanglaya pada 18 Juli 1958. Dalam dua penampilannya El Dolores juga bersama Us Us dan Sam.
Penampilan bersama El Dolores, Us us dan Sam juga di Hotel Homann pada 29-30 Agustus 1958 dalam pertunjukkan yang disebut 3G (Gema, Gelak dan Gaya). Yang dimaksud Gema ialah penampilan para penyanyi selain El Dolores, juga Theresa, Zacky, Mustafa serta Bing Slamet, serta Sam Saimun. Ada juga pertunjukan band asal Minang Orkes Gumarang yang waktu itu juga mulai jadi debutan. Pada pertunjukkan Gelak juga menampilkan Bing Slamet bersama Atmonadi, serta Us Us. Pertunjukkan gaya antara lan Tari Serampang Dua Belas. Di tengah pertunjukkan para hadirin terpukau dengan wawancara dengan jago balap sepeda Bandung Munaip Saleh. Hadir dalam acara ini Menteri sosial Muljadi Djojo Martono.
Band El Dolores ini tidak hanya jago kandang. Penonton di Garden Hall, Cikini, Jakarta pada perayaan 17 agustus 1958 dibuat berjingkrak-jingkrak. Pikiran Rakjat edisi 20 Agustus 1958 melaporkan bahwa bocah-bocah Bandung bikin edan pengunjung dan membuat berpuluh kursi menajdi ringsek. Pada pertunjukkan Garden Hall ini El Dolores mengisi acara pasar amal bersama bintang Asrama dara, Nun Zairina, Fifi Young, Chitra Dewi, Aminah Tjendrakasih. Kelak publik mengenal El Dolores ini sebagai Los Morenos pada 1960-an.
Debutan baru juga muncul dari pertunjukkan di pertunjukkan 3G Hotel Homann akhir Agustus 1958 ini, yaitu Band Saptawati yang dipimpin Kartini Kariadi, putra seorang dokter yang gugur dalam pertempuran lima hari di Semarang. Band ini adalah band yang personelnya perempuan semua yang pertama di Indonesia. Disebut Saptawati karena semua personelnya tujuh orang sebagian adalah para mahasiswi Unpad, ITB dan IKIP. Adik Kartini, Meity memainkan alat musik bass, kelak dikenal sebagai seorang guru besar FK Unpad Sri Hartini.
Band lain yang muncul ialah Penta Nada pimpnan Donny Saleh Juara Hiburan Jawa Barat yang menggelar pertunjukan di Grand Hotel Preanger pada 27 Agustus 1958. pada berikutnya diikuti band-band lain. Kemunculan band-band ini mengawali sejarah baru di Kota Bandung. Para personel band ini datang dari mereka yang punya latar belakang pendidikan yang baik. Kelak sejarah mencatat kota ini menjadi kota musik yang paling kreatif.
Warga Bandung Semakin Mania Nonton Bioskop
Sekali pun harga kebutuhan pokok mengalami peningkatan, kebutuhan warga Bandung untuk hiburan tidak otomatis mengalami penurunan. Pihak Kotapraja Bandung mengumumkan bahwa pada semester pertama 1958 untuk pajak tontonan, pihaknya sudah meraup Rp4.152.000 dan ditargetkan pada akhir tahun mencapai Rp7juta. Sementara untuk cukai minuman keras semester pertama 1958 meraup Rp4300 dan diperkirakan melewati Rp5000 pada akhir 1958.