Lihat ke Halaman Asli

irvan sjafari

TERVERIFIKASI

penjelajah

Bandung 1958 (9): Dari El Dolores, Pelawak Us-Us, Band Saptawati dan Gemerlap Hiburan Balai Pertemuan Bumi Sangkuriang

Diperbarui: 13 November 2015   21:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bandung  1958  (9) Debut dari El Dolores (Los Morenos awal),  Pelawak Us-Us, Band Saptawati dan Gemerlap Hiburan Balai Pertemuan Bumi Sangkuriang

[caption caption="Formasi Los Morenos. Awalnya bernama el Dolores (Combo) pada 1950-an akhir. Kredit foto (youtube)"][/caption]Lobi Hotel Homann, Kota Bandung  pada 5 Juli malam sesak dengan sekitar seribu pengunjung yang menghadiri malam hiburan Blitz Night.  Pertunjukkan utamanya adalah magnetiseur (Bahasa Prancis untuk ahli hipnotis) Soetrisno Hardjo Pringgodigdo yang membuat  para penonton termasuk Panglima Siliwangi Kolonel Kosasih, Direktur Homann  Sadak, Oya Sumantri,  Wali Kota Bandung R. Priyatna Kusumah, serta Rosihan Anwar. Acara  ini  memang diselenggarakan oleh Persatuan wartawan Indonesia untuk membangun sebuah gedung wartawan di Kota Bandung. 

Di tengah acara ada juga bincang-bincang dengan pemain bulutangkis asal Bandung Tan Yoe Hok yang namanya sedang bersinar  waktu itu. Tanya jawab dipandu  Master of Ceremony  Yoe Noeswinoto dan Rusman Saleh. Di antara para pengisi hiburan terdapat bintang lain yang  juga bersinar. Mereka adalah pelawak Us Us dan grup Band berirama Latin  El Dolores Combo. Suasana Latin semakin lengkap dengan pertunjukkan tarian Spanyol.   

Dalam malam Blitz Night  ini juga dipertandingkan  ratu, bintang dan dewi  yang semuanya sebetulnya mirip bintang masa itu. Disebutkan Ny. S. A Prawirakusumah  menang menjadi ratu karena mirip Mieke Widjaja, Ny. M. Suwarma mirip dengan  Nun Zairina untuk kategori bintang dan  Ny.A.K. Pohan  mirip Tuty Suprapto  untuk kategori Dewi. Para pemenang mendapatkan hadiah alat-alat kecantikan dari Vita Derm (berlokasi di Dipati Ukur), bahan pakaian dari seorang penguasaha bernama TB Drajat dan bingkisan dari Pabrik Limun Brantas (berlokasi di Jalan Oto Iskandar Di Nata)  Pertunjukkan ini menghasilkan dana Rp30.000.

Pelawak Us Us  (kelak dikenal dengan D’Bodors)  pada waktu itu masih berusia  19 tahun mampu membuat para hadirin terpingkal-pingkal.   Pelawak bernama asli Ahmad Yusuf ini waktu itu  berduet dengan Sam.  Sementara El Dolores Combo dipimpin oleh Rudi Rusady  sudah berdiri pada 1957. Juli 1958  El Dolores banyak mendapatkan pekerjaan antara lain tampil di hotel yang sama pada 12 Juli 1958 untuk acara yang diselenggarakan para mahasiswa dan Retaurant Merdeka Sidanglaya pada 18 Juli 1958. Dalam dua penampilannya El Dolores juga bersama Us Us dan Sam.

Penampilan bersama El Dolores, Us us dan Sam juga di Hotel Homann pada 29-30 Agustus 1958 dalam pertunjukkan yang disebut 3G (Gema, Gelak dan Gaya).  Yang dimaksud Gema ialah penampilan para penyanyi selain El Dolores, juga Theresa, Zacky, Mustafa serta Bing Slamet, serta Sam Saimun. Ada juga pertunjukan band asal Minang Orkes Gumarang yang waktu itu juga mulai jadi debutan. Pada pertunjukkan Gelak juga menampilkan Bing Slamet bersama Atmonadi, serta Us Us.  Pertunjukkan gaya antara lan Tari Serampang Dua Belas. Di tengah pertunjukkan para hadirin  terpukau dengan wawancara dengan  jago balap sepeda Bandung Munaip Saleh. Hadir dalam acara ini Menteri sosial Muljadi Djojo Martono.

Band  El Dolores  ini  tidak hanya  jago kandang. Penonton di Garden Hall, Cikini, Jakarta pada perayaan 17 agustus 1958  dibuat berjingkrak-jingkrak.  Pikiran Rakjat  edisi 20 Agustus 1958 melaporkan bahwa bocah-bocah Bandung  bikin edan pengunjung dan membuat berpuluh kursi menajdi ringsek.  Pada pertunjukkan  Garden Hall  ini  El Dolores mengisi acara pasar amal bersama  bintang Asrama dara, Nun Zairina, Fifi Young, Chitra Dewi, Aminah Tjendrakasih. Kelak publik mengenal El Dolores ini sebagai Los Morenos pada 1960-an.

Debutan baru juga muncul dari pertunjukkan di pertunjukkan  3G Hotel Homann akhir Agustus 1958 ini, yaitu Band Saptawati yang dipimpin Kartini Kariadi, putra seorang dokter yang gugur dalam pertempuran lima hari di Semarang. Band  ini  adalah band  yang personelnya perempuan semua yang pertama di Indonesia.  Disebut Saptawati karena semua personelnya tujuh orang  sebagian adalah para mahasiswi Unpad, ITB dan IKIP. Adik Kartini, Meity  memainkan alat musik bass, kelak dikenal sebagai seorang guru besar FK Unpad Sri Hartini.   

Band lain yang muncul ialah Penta Nada pimpnan Donny Saleh Juara Hiburan Jawa Barat yang menggelar pertunjukan di Grand Hotel Preanger pada  27 Agustus 1958.  pada berikutnya  diikuti band-band lain.  Kemunculan band-band  ini mengawali sejarah  baru di Kota Bandung.  Para personel band ini datang dari mereka yang punya latar belakang pendidikan  yang baik.   Kelak sejarah mencatat kota ini menjadi kota musik  yang paling kreatif. 

Warga Bandung Semakin Mania Nonton Bioskop

Sekali pun harga kebutuhan pokok mengalami peningkatan, kebutuhan warga Bandung untuk hiburan tidak otomatis mengalami penurunan. Pihak  Kotapraja  Bandung mengumumkan bahwa pada semester pertama 1958  untuk pajak tontonan, pihaknya sudah  meraup Rp4.152.000 dan ditargetkan pada akhir tahun mencapai Rp7juta. Sementara untuk cukai minuman keras  semester pertama 1958 meraup Rp4300 dan diperkirakan melewati Rp5000 pada akhir 1958.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline