Lihat ke Halaman Asli

irvan sjafari

TERVERIFIKASI

penjelajah

Catatan Jazz Goes to Campus 30 November 2014 (2), Bandanaira: Lagu Nasional Ala Jazzy dan Entertain

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14175091941815732728

[caption id="attachment_379993" align="aligncenter" width="300" caption="Bandanaira di Jazz Goes to Campus 30 Novemver 2014 (foto by Irvan Sjafari)"][/caption]

Salah satu alasan saya untuk “bela-belain” (istilah anak sekarang) untuk rela menyisihkan waktu menonton JazzGoes to Campus ke 37  di fakultas Ekonomi UI 30 November 2014 ialah menyaksikan langsung Duo Bandanaira-Lea Simanjuntak dan pianisnya yang  paiwai Irsa Destiwi- secara live,selama ini saya hanya mendengarkan kemampuan mereka melantukan lagu nasional dan juga lagu daerah dengan sentuhan jazzmelalui dua album CD mereka yang sudah saya koleksi dan di media sosial Youtube. Saya pernah menulis reviewnya di http://hiburan.kompasiana.com/musik/2012/03/03/bandanaira-nasionalisme-dalam-balutan-jazz-439749.htmlBandanaira tampil di stage C selepas senja setelah penampilan Monita Tahalea yang juga saya ulas di http://hiburan.kompasiana.com/musik/2014/12/01/catatan-goes-to-campus-30-november-2014-1-pesona-monita-tahalea-membawakan-lagu-chrisye--707497.html.

Lea Simanjuntak tampil dengan busana putih dengan motif batik hijau kebiruan dan Irsa Destiwi (saya suka pilihan busananya selalu pas dengan wajahnya nan ayu) tampil dengan busana bunga-bunga pas dengan lagu-lagu tema nasional yang mereka bawakan.Lagu pertama mereka “Indonesia Pusaka”dibawakan dengan sempurna, baik cara bernyanyi maupun aransmennya-karena bekali-kali ditampilkan.Lagu kedua “Maju Tak Gentar”juga bukan hal yang baru dibawakan mereka, hanya saja lagu mars ini dibuat jauh lebih entertain. Apalagi pada seruan: bergerak, bergerak…penonton seperti tersihir ikut berteriak.Hal yang serupa terjadi pada “Sorak-sorak Bergembira”,Lea mampu membawakan bersemangat, harmonis, tetapi menghibur. Tentu saja dengan jazzy.

Yang paling mengagumkan adalah lagu keempat “Burung Tantina” yang aransemennya adalah buah tangan Irsa Destiwi,bukan lagi tradisional tetapi terasa milik Bandanaira. Sio tantina burung tantina/
mati dipanah Raja Nirwana/Sio tantina burung tantina/mati dipanah Raja Nirwana..
, serta lagu kelima “Lir Ilir”, lagu dalam Bahasa Jawa dibawakan Lea dengan logat Jawa bukan dnegan logat Batak. Saya suka pada bagian Mumpung padang rembulane/Mumpung jembar kalangane/Sun suraka surak hiyo mendog banget tetapi tetap jazzy. Bunyi perkusi dan biola dari Didit penggiring mereka membuatlagu “Lir-ilir” ini lebih hidup, begitu juga dengan lagu keenam “Cik-cik Periuk” lagu dari Kalimantan, bisa dibuat dengan cepat tetapi tanpa satu pun fals.Sekalipun lagu-lagu ini pernah juga pernah dinyanyikan, tetapi terasa ada yang berbeda.

Kemampuan Irsa Destiwi bermain piano menonjol pada empat atau lima lagu terakhir, di antaranya “Kita Indonesia” dan “Payung Fantasi” berpadu dengan olah vokal Lea yang tampil begitu maskimal seperti roller coaster pada klimaksnya.Khsuusnya lagu “ Payung Fantasi”dibuat menjadi masa kini dan tidak terasa itu lagu tahun 1950-an. Pada lagu ini jemari Irsa Destiwi terasa tanpa jeda, perpadu dengan bass, biola dan perkusi. Harmonis.

Lagu “Di Bawah Sinar Purnama” yang harusnya lagu keroncong bisa diaransemen dengan jazz-inilah kelebihan Bandanaira-Lea tampil anggun sekali menunjukkan kemapuan vokal dengan nada turun-naik. Sebelah saya berdiri seorang mahasiswi D3Porgram VokasiUniversitas Indonesia sampai termangu dibuatnya. Dia sama sekali tidak mengira lagu ini lagu keroncong. Cewek itu tak mengira “burung Tantina” adalah lagu daerah, karena jarang diajarkan di sekolah.

[caption id="attachment_379994" align="aligncenter" width="300" caption="Bandanaira (Foto Irvan Sjafari)"]

1417509289355575302

[/caption]

Sebagai Lagu terakhir adalah penutup yang manis dari Bandanaira dan obat kerinduan saya, bandanaira membawakan lagu “Sersan Mayorku” yang dibawakan dengan ala broadwaydan atas request penonton dan mendapat aplaus dari penonton. Bahkan Lea bisa membawakannya dengan sedikit centil, seperti “dara yang sedang kesengsem”. Teknik menyanyi yang dibawakan Lea untuk lagu ini luar biasa, amazing kata orang bule. Terutama pada penutup lagu Kunamakan dia burung garuda yang istimewa/burung garuda yang istimewa…

Saya teringat Henny Purwonegoro yang membawakan lagu “Sersan Mayorku” ini juga entertain, ceriah, tetapi bila didengarkan sekarang milik masa lalu. Sementara Bandanaira menjadikannya masa kini. Lagu “Sersan Mayorku” ini merupakan salah satu andalan Bandanaira di beberapa festival, di antaranya Festival Jazz Gunung (2013) dan Java Jazz Festival (2013).Penonton lain seorang mahasiwi pasca sarjana Jurusan kebijakan Publik Universitas Indonesia (kami di belakang pagar pembatas panggung, sekali lagi beruntung dan mendpat ruang lelausa mengambil gambar) juga memberikan aplaus.

Sebetulnya saya ingin Bandanaira menyanyikanlagu daerah Jawa Barat seperti “ Mojang Priangan” dengan balutan jazz. Sebuah band indie asal Bandung berhasil mengaransemen lagu ini dalam Braga Festival September 2012 . Linknyabisa dilihat dihttps://www.youtube.com/watch?v=S0Su5ZQaPVYNah saya ingin tahu apakah Bandanaira bisa mengaransemen dengan cara lain.Di jejaring sosial Youtube saya juga pernah mendengar lagu “Paris Berantai” dari Kalimantan Selatan diaransemen dengan cara jazz. Namun karena masih belajarhanya sedikit terasa jazz-nya. https://www.youtube.com/watch?v=J-ONmHEzeEQApakah Bandanaira mampu melakukannya?Soalnya Lea meminta kami para penoton untuk memberikan masukan.

Good Job Bandanaira. Ditunggu karya selanjutnya.

Irvan Sjafari

Foto-foto Irvan Sjafari




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline