[caption id="attachment_387975" align="aligncenter" width="300" caption="Adegan dalam Assalamualikum Beijing (kredit foto www.wowkeren.com)"][/caption]
Cinta itu menjaga
Tergesa-gesa itu nafsu belaka
Asmara Nadia (Revalina S.Temat) begitu tegas membuat Dewa terhenyak. Kata-kata yang menohok para lelaki sebetulnya (saya sendiri pun ikut terhenyak, iya, ya cinta dan nafsu itu bisa bias). Asmara adalah perempuan tangguh, tegar, entah kata apa lagi yang saya sematkan.Menjelang hari pernikahannya sang kekasih justru menghamili rekan satu kantornya Anita (Cynthia Ramlan), lalu tetap ingin menikah dan merengek : "Ra, aku mencintaimu".Saya sebagai penonton langsung bersimpati pada tokoh utamanya dan langsung merasa mual pada lelaki bernama Dewa ini pada adegan awal.Asma dengan sabar meminta pembantunya untuk menyingkirkan foto pra wedding di rumahnya. Tetapi lewat wajahnya di kolam berlinang air mata, saya mendapat kesan: dia manusia biasa.
Bravo. Saya langsung terpikat oleh tokoh ini. Asma yang move on ini. Dia kemudian ditugaskan oleh kantornya ke Beijing sebagai jurnalis.Sayang, ketika dia tiba di Beijing adegan dia menggantung kamera di badan sebagai simbol jurnalis sebetulnya sangat klise. Kamera dan tape itu dalam tas. Seorang jurnalis menyembunyikan identitas seperti itu ketika dia tidak bertugas. Bahkan di lapangan pun tidak mengeluarkan tape, catatan, kamera sembarangan.Gambaran sosok wartawan yang benar adalah mini seri Dunia Tanpa koma –Leila Chudoiri.
Asma dijemput rekannya Sekar (Laudya Cynthia Bella) dan suaminya Ridwan (Desta). Oh, ya “Assalamualaikum Beijing” diambil dari kolom yang ditulis jurnalis asma dalam film ini. Tokoh Sekar juga langsung memikat sebagai penggemar drama Korea dan beberapa kali kejadian dialami Asma sebagai lakon drama Korea. Termasuk pertemuan Asma dengan pria Tionghoa bernama Zongwhen (Morgan Oey).Lelaki itu kerap salah panggil dengan Ashima tokoh legenda dari Negeri Yunan.Bak drama Korea seperti kata Sekar, bisa ditebak Zong When dan Asma saling jatuh cinta.Tantangan muncul dari Dewa yang muncul tiba-tiba di Beijing (tanpa membaca novel karya Asma Nadia dengan tajuk sama) saya bisa menebak pasti dia jadi penghalang.Begitu juga sindrom APS (penggumpalan darah) yang diderita Asma yang membuatnya bisa stroke, buta, hingga keguguran bila hamil, plot biasa seperti dalam drama pop art model Korea yang berulang kali dilontarkan Sekar. Endingnya pun bisa ditebak.
Sebagai cerita cinta Assalamualaikum Beijing biasa saja. Sekalipun ada berapa adegan yang suka misalnya Zongwhen dengan santai memotret Dewa dengan Asma seolah-olah dia bukan saingannya, membuat saya memberikan jempol pada pria ini.Perilaku yang belum tentu bisa dilakukan semua laki-laki. Bisa ditebak juga Zongwhen menjadi mualaf. Kata-katanyakepada Asma so sweet (Bahasa anak sekarang).“Aku takut kalau tidak bisa menjadi lelaki yang membimbing kamu ke surganya..” atau “Bersediakah kamu mendampingi aku ke surganya?”Tokoh Dewa pun digambarkan bisa menjadi “lelaki” menjelang akhir cerita dan juga saya suka.
Bagi saya justruyang menarik ini adalah film layar yang diangkat ke layar lebar dari novel karya Asma Nadia yang paling perempuan. Tokoh Asma (sama ya dengan penulis novelnya) digambarkan begitu kukuh. Bukan saja menolak Dewa kedua kalinya: kembali ke anak dan Isterimu. Lebih hebat, dia tetap berupaya melawan penyakitnya. Bahkan Asma tetap bekerja dengan keterbatasannya akibat penyakitnya. Dia tetap butuh cinta, tetapi tetap siap tidak tergantung dengan laki-laki. Asma bukan perempuan yang menunggu diselematkan seperti Twilight-nya Stephenie Meyer.Asma seperti Kanis dalam The hunger Games, yang berjuang dalam arena berbeda.
Asma Nadia terasa memihak emansipasi perempuan dan dia bisa disesuaikan dengan nilai-nilai Islam yang diyakininya. Sikap yang sama ditujukan oleh Asma Nadia dalam Catatan Harian Seorang Istri yang diangkat sebagai sinetron stripping. Kalau saja tidak ada tokoh Asma seperti saya uraikan di atas, film ini akan berkurang nilainya.
Saya juga memberikan poin pada Asma (dan film ini)yang memberikan pengetahuan yang baik soal muslim di Cina.Seperti yang juga diungkap dalam Haji Backpacker, juga Kukejar Cintaku Ke Negeri Cina,terdapat 20 juta-an umat muslim (terutama dari Suku Hui).Mereka bukan mualaf, tetapi muslim turun temurun.Di Beijing terdapat 250 ribu umat muslim, ada supermarket muslim dan juga restoran halal.Sayang sebagaian orang di negeri ini seperti tokoh Dewa yang menanyakan makanan ini di Cina (ada yang) halal nggak? Ketika dia makan dengan Zongwhen dan Asma. Pendeknya Dewa meremehkan Zongwhen tidak tahu soal halal dan haram.Bahkan Dewa seperti tidak tahu bahwa masyarakat muslim di China banyak yang lebih santri.
Dari segi sinematografi Guntur Soeharjanto tidak jauh beda ketika dia menjadi sutradara 99 Cahaya di Langit Eropa. Adegan tarian di Beijing sebangun dnegan tarian Sufi di Turki. Begitu juga dengan shot-shot di Beijing beberapa serupa dengan di Vienna. Not Bad.Dari segi kasting mengapa Revalina beberapa kali bermain ciamik dan kharismatik kalau dia memerankan karakter perempuan berjilbab? Sampai saat ini saya“Jatuh Cinta” sama Annisa yang diperankan Revalina dalam Perempuan Berkalung Surban, sebagai Pipik dalam “Hijrah Cinta” dan kini sebagai Asma. Begitu juga Morgan Oey dan Ibnu Jamil menghidupkan karakternya.Laudya, Jajang, juga apik.Dialog para bintang ini tidak lagi seperti menghafal, tetapi berjalan natural.
Secara keseluruhan Assalamulaikum Beijing adalah film yang cukup baik (dengan beberapa catatan keklise-an) untuk membuka tahun baru 2015. Assalamulaikum Asma! AssalamulaikumReva!
Irvan Sjafari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H