Lihat ke Halaman Asli

Hafis hamdan

mahasiswa

Mahasiswa Jurnalistik, Harapan Kembalinya Pers Sebagai ''Watchdog''

Diperbarui: 22 Februari 2020   01:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Era digital kini turut menjadikan pers bertransformasi sedimikian rupa,berbagai tantangan yang kemudian muncul tak hanya mendorong industri media menghasilkan berita berkualitas tapi juga menjamin peningkatan pagewiews atau click dari suatu laman media daring. Jika diksi ''berkualitas'' merujuk pada ajaran elemen jurnalisme-nya bill kovach dan tom Rosenstiel hal pertama jelaslah apa yang disebut sebagai truth-''kebenaran''.

Andreas harsono dalam bukunya agama saya adalah jurnalisme mencoba menerangkan apa yang dimaksud ''kebenaran'' oleh bill kovach, kebenaran yang bukan dalam tataran filosofis melainkan fungsional. Sehingga senantiasa bisa direvisi.

Contoh seorang terdakwa bisa dibebaskan karena terbukti tak bersalah,hakim bisa keliru. Pelajaran sejarah,fisika,biologi bisa salah, bahkan hukum-hukum ilmu alam pun bisa direvisi, hal ini pula yang dilakukan oleh jurnalisme. sehingga kebenaran dibentuk hari demi hari,lapisan demi lapisan.

Beberapa tahun belakangan saya mencoba memahami esai-esai rusdi mathari yang sebahagian orang akrab memanggilnya cak rusdi seorang wartawan yang ''keras''.

Keras disini berkonotasi pada tindak laku seorang wartawan yang gigih menyampaikan kebenaran dan pantang terima suap. Beruntung setiap esai yang ditulisnya di kanal media online millik phutut EA kemudian dibukukan sehingga para insan pers  dan juga mahasiswa jurnalistik punya gambaran laku wartawan ideal dan progresif.

Saya menyebut mahasiswa jurnalistik karena cak rusdi pun pernah mengenyam Pendidikan jurnalistik  . Mahasiswa jurnalistik hemat penulis menjadi gebrakan maupun cita ideal dalam mewujudkan kembalinya jurnalisme '' guardian of democrasy'' atau istilah lainnya ''watchdog'' atas penguasa.

bukan berarti penulis meragukan kerja wartawan yang tak lahir dari bangku perkuliahan ( jurusan jurnalistik ) namun ada semacam degradasi pada kerja-kerja jurnalistik kini  yang tak hanya dilakukan oleh sebahagian  wartawan senior pun wartawan yang baru berjibaku dalam dalam kerja-kerja jurnalisme.

Walaupun tak menjamamin ketika lulus mahasiswa jurnalistik akan bekerja sebagai wartawan namun  ada semacam tanggung jawab moral  pada publik untuk mengajarkan atau memberi Pendidikan literasi media ditengah tsunami hoax atau bagaimana seharusnya industry media beroprasi terutama ruang lingkup kerja wartawan.tanggung jawab tersebut jika disangkal hanya milik mereka yang disebut sebagai wartawan. sungguh ironi,

Bukankah mahasiswa secara umum telah mengetahui perannya sebagai agen perubahan terlebih mengetahui bagaimana media bekerja dengan berbagai kebohongan yang tidak diketahui oleh publik -bagi mahasiswa jurnalistik.

Noam Chomsky filsuf dan kritikus kebijakan amerika  pernah menggambarkan kerja-kerja pers yang dianggapnya jauh dari nilai dan perannya sebagai gatekeeper informasi yang beredar di tengah masyarakat, ia mempersepsikan bahwa informasi yang disuguhkan oleh media tak lebih dari hasil rekonstruksi berbagai kepentingan di ruang redaksi,

Sebetulnya pemikiran choamsky pun disandarkan pada kekecewaan terhadap  media yang hanya sekadar menjadi humas penguasa-kala itu ia mengkritik kebijakan presiden amerika atas invasinya di irak dengan alibi yang sama sekali tak berdasar-amerika meyakinkan publik bahwa tindakan mereka sudah benar guna menjaga keamanan nasional pun dunia dari senjata pemusnah massal yang diklaim berada di irak.,

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline