Lihat ke Halaman Asli

Juriah Risti

MAHASISWA

Ayah dan "Puisi"nya

Diperbarui: 28 November 2024   22:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sang Ayah dan"Puisi"-Nya

Suatu hari Sang Ayah enggan melepas "puisi"-nya
Baginya, "puisi"-nya itu harus benar-benar dijaga
Tak ia lepas sedetikpun 

Kemarin, sang "puisi" itu meminta izin
Melanjutkan mewujudkan mimpinya
Sang Ayah tak mau melepas, ia antar dan ia jemput 

Padahal, "Puisi"-nya ini yang paling diandalkan di luar sana
Padahal, "Puisi"-nya ini bisa melakukan apapun sendiri 

Entah, apa alasan sang Ayah?
Mungkin karena takut aksaranya jatuh pada hal yang tak baik,
atau mungkin karena besarnya rasa bersalah yang ia rasakan terhadap setiap bait yang ada 

Pada hari itu, sang "puisi" melangitkan do'a untuknya
Jika ia melakukan semua karena alasan pertama,
maka ridhoi-lah "Puisi" pada tiap bait dan baris yang ada.
Lancarkan dan Permudahlah urusannya 

Namun, jika ia melakukan ini karena alasan kedua.
Sampaikanlah padanya bahwa, Demi Tuhan, ini bukan salahnya.
Titipkan pesan padanya, ini adalah cara-Nya menjaga "puisi" agar ia bisa tumbuh
pada hal-hal yang mungkin membuatnya runtuh

Tuhan, terima kasih
Sudah menganugerahkan Ayah yang baik
untuk "puisi" yang biasa itu. 

Tangerang, 12 September 2024 

Juriah Ristiani 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline