Iklim politik dalam negeri semakin memanas, terutama saat menjelang kontestasi politik seperti Pilkada atau Pemilu.
Salah satu sebabnya karena beberapa kandidat politik memainkan isu agama untuk memobilisasi massa pemilih. Isu politisasi agama ini rawan membuat perpecahan di tengah masyarakat.
Melihat dinamika tersebut, Dr. TGB. HM Zainul Majdi MA menghimbau kepada para elit politik dan tokoh masyarakat agar berhenti berkontestasi politik dengan mengutip ayat-ayat perang dalam Al Quran. Karena kita saat ini tidak sedang berperang.
Kita ini adalah satu bangsa yang seharusnya saling mengisi dalam kebaikan. Kita juga harus saling berlomba-lomba dalam kebaikan.
Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) itu juga berpesan agar dalam berkontestasi politik itu hendaknya diletakkan dalam semangat saling mengisi dan belajar satu sama lain. Karena tak ada yang mampu menyelesaikan masalah bangsa ini dengan sendiri. Semua harus bekerja sama dan belajar satu sama lain.
Persatuan dan kesatuan bangsa merupakan aset yang tak ternilai sekaligus tak terlihat. Namun ini adalah modal penting dalam bernegara. Modal ini pula yang menghantarkan negara kita bisa merdeka pada tahun 1945 lalu.
Seluruh warga negara ini adalah saling bersaudara, sehingga tidak boleh ada yang mengatakan bahwa pihak tertentu saja yang benar, sedangkan yang lainnya salah. Berbeda keyakinan atau agama harus dilihat sebagai rahmat, bukan sumber perpecahan.
Oleh karena itu, setiap orang berhak memiliki keyakinan agama atau kepercayaan dan pilihan politiknya masing-masing.
Kita harus ingat, pilihan politik seseorang itu tidak menentukan kualitas dan kekuatan imannya. Berbeda keyakinan atau pilihan politik merupakan hal yang wajar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tak perlu dibesar-besarkan, apalagi dijadikan ajang permusuhan.
Kita harus jaga persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia ini. Jangan sampai rusak hanya karena kontestasi politik yang menggunakan ayat-ayat kitab suci untuk mempolitisasi agama.