Lihat ke Halaman Asli

Yesaya Sihombing

Pembelajar Seumur Hidup

Memahami Logika Para Penyusup Kelas Menulis Online

Diperbarui: 15 Agustus 2020   18:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Siang itu, saat keadaan grup kelas sedang damai sentausa, tetiba Pak Guru memberi kabar tentang adanya penyusup-penyusup ilegal yang masuk di kelas angkatan baru. Kelas ini menggunakan grup telegram. Para penyusup tersebut bisa masuk lewat link undangan yang dibagikan seorang teman mereka, yang mendaftar secara resmi. Jadi, sang teman tadi berperan sebagai penyelundup.

(btw, saya dan teman-teman segrup adalah murid kelas menulis online asuhan Raden Kanjeng Iqbal Aji Daryono -selanjutnya disebut IAD- yang tersohor itu. Kami termasuk angkatan 3, tepatnya kelas 3A.)

Sontak, kabar itu membuat beberapa anggota grup bermazhab IAD garis keras meradang. Kok berani-beraninya ada penyusup masuk kelas tanpa bayar, tanpa  izin, tanpa rasa bersalah, dan yang terpenting, tanpa malu.

Ada juga emak-emak di grup kami yang langsung melakukan investigasi menyeluruh di medsos. Ia menyisir tiap terduga yang dicurigai ambil bagian dalam kesepakatan jahat ini. Berbekal jejak digital dan kemampuan olah data yang mumpuni, emak-emak ini berhasil mengidentifikasi akun medsos si penyelundup dan para penyusup.

(Saya curiga, emak-emak ini adalah anggota tim cyber Bravo yang sangat disegani semasa Pilpres 2014)

Setelah ditemukan, didapati ternyata para pelaku masih berusia sangat muda. Putra dan putri dari orang tua yang sangat membanggakannya. Akhirnya, timbullah rasa iba, menggantikan rasa kesal di dada.

Singkat cerita, para penyusup itu sudah di kick dari grup telegram kelas menulis online. Ah, betapa baik Pak Guru kita, penuh welas asih dan panjang sabar.

Kembali ke masalah penyusupan dan penyelundupan, kok bisa ya, ada orang yang melakukan perbuatan  seperti itu? Apa penyebab mereka melakukan perbuatan tak terpuji tersebut? Apakah mereka melakukannya secara spontan saja? Ataukah dengan terstruktur, masif dan terencana?

Dalam tulisan ini saya mencoba untuk memahami logika para pelaku. Bukan etika lho ya, kalau bicara etika, ya sudah pasti jawabannya : perbuatan mereka tak beretika. Titik.

Dengan menjunjung asas praduga tak bersalah, serta menimbang berbagai kemungkinan, bisa jadi inilah alasan-alasan logis di balik aksi penyelundupan itu:

1. Para pelaku adalah korban terdampak pandemi virus corona

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline