Lihat ke Halaman Asli

Antara Cabai, Padi dan Rezim Banteng

Diperbarui: 16 Januari 2017   05:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Harga cabai naik semua jadi heboh. Barang sepele ini derajatnya menyamai BBM. Sebenarnya harga cabai melambung bukan sekarang saja. tetapi di tahun-tahun lalu juga pernah terjadi. Jadi agak aneh juga jika ada yang bilang semenjak dua menjak negeri di pimpin banteng harga cabai melambung tinggi. Tidak cuma cabai, bensin dan pajak kendaraan juga ikut naik. Bahkan sebentar lagi gas elpege juga di naikkan sampai dua kali lipat. Ada yang bilang buat membiayai infrastruktur buatan cina.

Begini Kawan aku bagi tau. Disini aku bukan balain cina, meskipun kalau lihat amoi cina yang cantik-cantik dan mulus-mulus aku jadi rada-rada gimana gitu. Juga bukan belain rezim banteng meskipun dari pengalaman beberapa kali pemilu kebanyakan memang memilih calon-calon banteng.  Tulisan ini lebih menitikberatkan pada hal percabaian. Sesuai dengan kapasitas penulis  sebagai wong ndeso. Soal infrastruktur memang harus diakui di jaman banteng ini jalan-jalan, gang, lorong-lorong di desa-desa bahkan dusun kecilpun sudah pada halus mulus. Jika sebelumnya lorong-lorong sempit itu dilalui dengan jalan kakipun sulit sekarang anda bisa lihat di desa-desa pada demam sepatu roda. jadi soal itu sudah nggak usah di bantah. 

Soal cabai, ada baiknya Kawan sekali-sekala datang ke daerah-daerah penghasil cabai. Tapi ingat kalau ke daerah pertanian jangan cuma piknik sehari-dua hari menikmati udara segar, tetapi hendaknya minimal setahun atau melewati satu musim hujan dan satu musim kemarau. Agar bisa tahu seluk-beluk penanaman cabai.

Suplai cabai di negeri kita ini memang masih mengandalkan produksi dengan cara tradisional. Cara tanam secara tradisional ini memang sangat tergantung musim dan cuaca. Tanaman cabai adalah tanaman yang mempunyai kesulitan tersendiri dalam penanamannya. Biasa ditanam di musim kemarau tetapi juga perlu air yang cukup. Cukup disini artinya tidak kurang dan tidak lebih. Musuh utama tanaman cabai sebenarnya adalah air hujan. Tanaman cabai bisa sera-merta mati jika sehari saja lahan tergenang air. Buah yang siap panenpun bisa rontok. Tidak itu saja curah hujan yang tinggi menyebabkan kelembaban udara meningkat sehingga memicu berkembangnya jamur,bakteri,virus dan hama cabai lainnya.

Kondisi percabaian sekarang ini tidak lepas dari kondisi iklim yang terjadi sebelumnya. Jika kita kilas balik mulai akhir tahun 2015 sampai awal 2017 kita bisa merasakan bahwa selama kurun waktu itu hampir bisa dikatakan tidak ada musim kemarau. Kondisi curah hujan yang tinggi ini juga di buktikan dengan banyaknya tanah longsor di banyak tempat di Indonesia.

Harga cabai yang melambung sekarang ini tak lepas dari suplai dari petani yang rendah akibat gagal tanam dan gagal panen. Jika anda berdomisili di lingkungan penanam cabai pastinya tidak heran kenapa harga cabai melambung tinggi. Kita bisa melihat betapa susah payahnya menanam cabai sepanjang tahun lalu. Petani sampai berulang kali mencoba menanam cabai tetapi  gagal juga.

Akan tetapi ada satu hikmah akibat sulitnya menanam cabai ini maka petani mau atau tidak mau harus menanam padi yang tidak rentan terhadap air hujan. Dan kalau anda melihat sekarang ini lumbung para petani penuh dengan gabah. Mereka yang biasanya dalam waktu setahun hanya sekali panen di tahun ini bisa dua atau tiga kali panen padi. hal ini karena ketersediaan air yang melimpah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline