Lihat ke Halaman Asli

Sampai Kapan Usman-Harun Akan Menjadi Polemik?

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dua prajurit TNI AL, mengenakan pakaian yang dikenakan oleh Usman dan Harus lengkap dengan emblem nama, hadir pada sebuah event internasional di Jakarta (sumber foto: www.antara.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="438" caption="Dua orang prajurit TNI AL, mengenakan pakaian yang menyerupai mendiang Usman dan Harus lengkap dengan emblem nama, hadir pada sebuah event internasional di JCC Jakarta. Kehadiran Usman-Harun palsu membuat delegasi Singapura walk-out dari aacra itu. (sumber foto: www.antara.com)"][/caption] Delegasi Singapura melakukan walk out dari acara Jakarta International Defence Dialogue (JIDD) ke-4 yang diselenggarakan di Jakarta Covention Center Jakarta. Mereka memprotes pemajangan replika hidup Usman-Harun pada acara resmi itu yang merupakan forum kerja sama pertahanan internasional. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro pun menilai tindakan 2 orang prajurit TNI AL itu tak wajar dan konon meminta TNI AL untuk melakukan investigasi. Ternyata tak hanya menteri pertahanan yang terusik dengan insiden itu, Presiden SBY pun konon iritasi mendengar aksi prajurit yang menarik perhatian para delegasi negara sahabat. Tetapi berbeda dengan Menteri Pertahanan dan Presiden SBY, Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama Untung Suropati justru mengakui beliaulah yang berinisiatif menampilkan 2 orang pahlawan yang namanya akan menghiasi salah satu kapal perang Indonesia (tempo.co 23/03/2014). Beliau beralasan, jiwa kepahlawanan Usman-Harus perlu dihidupkan dan dicontoh oleh generasi muda. Di tengah-tengah hajatan politik saat ini, tak sedikit masyarakat yang mengecam sikap WO delegasi Singapura itu. Sama seperti bulan lalu ketika Indonesia memutuskan untuk mengabadikan nama Usman-Harun pada salah satu KRI yang sedang dipesan, sebagian dari kita menilai Singapura berusaha mencampuri urusan dalam negeri Indonesia. Kapal milik kita, acara JIDD juga dilaksanakan di Indonesia, mengapa Singapura yang sewot? Alasan yang disampaikan oleh Kadispen TNI AL membuat polemik Usman-Harun menjadi lebih menarik. Faktanya Usman-Harun telah ditetapkan menjadi pahlawan, maka generasi mendatang memang perlu meneladani perjuangan Usman-Harun. Dengan segala tanggung jawab yang beliau sudah perhitungkan, pak Untung mengingatkan bangsa kita untuk konsekuen terhadap keputusan yang telah diambil. Pembelaan pak Untung seolah ingin menegaskan bahwa penganugerahan gelar pahlawan kepada Usman-Harun bukanlah sebagai hadiah untuk menutupi kasalahan atasannya. Demikian juga halnya Usman-Harun palsu. Mereka bukanlah wayang orang yang sedang dimainkan oleh atasannya. Usman-Harun bukanlah komoditas politik yang bisa diperjual-belikan. Penampakan Usman-Harun palsu semestinya tak perlu menjadi polemik apabila pemerintah konsekuen dengan keputusannya mengabaikan perasaan negara tetangga Singapura. Tetapi apabila kita ingin dianggap sebagai bangsa yang mengutamakan persahabatan tetapi tetap ingin genit mengungkit-ungkit masalah yang telah dianggap selesai, selama itu pula Usman-Harun akan menjadi polemik.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline