Lihat ke Halaman Asli

Nafian Faiz

Membangun Komunitas

Ratusan Petambak Plasma Bumi Dipasena Merana dan Kecewa

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rawajitu Timur,13.08.2010

Ratusan petambak Plasma PT Aruna Wijaya Sakti,Kampung Bumi Dipasena UTAMA Merana dan Kecewa,Udang yang dipelihara mati akibat listrik yang dipasok PT Aruna Wijaya Sakti Mati 10 jam lebih

Listrik Mati Sejak Jam 23.00 s/d Jam 08.pagi ini,akibatnya udang yang membutuhkan pasokan oksigen dari putaran kincir terhenti,ikut mati.

Menurut Saudara TOWILUN, Petambak sekaligus Ketua LMPK Kampung Bumi Dipasena Utama,Petambak yang mengalami kerugian yang parah adalah petambak yang berada di Blok II modul 2,modul 3,modul 4 dan blok III modul 30, dengan jumlah tambak 196 tambak,kurang lebih 96 orang petani plasma

Udang yang mati total adalah udang yang telah berumur tua,rata-rata umur 75 Hari,pakan perhari 40 s/d 50 Kg/hari pertambak.

Rata-rata plasma mengalami kerugian 25 s/d 35 juta akibat mati lampu ini,anehnya pimpinan PT AWS yang dapat mengambil keputusan tidak ada yang dapat dihubungi,akibatnya sampai saat sore kemaren udang yang mati belum ada kejelasan,kalau hari ini dilakukan panen pasti udang sudah banyak yang busuk,kalau toh ada yang bisa diambil maka kwalitasnya akan sangat rendah,ujar Towilun.

Bapak Sumarno 40 Tahun dan istrinya Tri maryati 30 Tahun petambak blok II jalur 02 no Rumah 05,tidak dapat menyembunyikan kesedihan dan kekecewaannya,betapa tidak sudah tergambar jelas rencana akan panen setelah lebaran nanti,pakan saya sudah 45 s/d 50 kg/hari/tambak ,sebulan lagi udang akan dipanen, tapi kami harus kecewa karena perusahaan tidak serius mengurus soal lampu,masa lampu bisa mati sampai 10 jam,kalau perusahaan ini mempunyai kemampuan seharusnya bisa dihindari dan bisa langsung bisa diatasi,tidak berlarut-larut begini,lihatlah pak  sebentar lagi udang ini akan membusuk ujar ibu tri martini sambil mengusap air matanya yang sembab,sambil menangis ibu tri martini,mengungkapkan kekesalannya, "yang pasti perusahaan harus bertanggungjawab akibat kerugian yang kami alami,kalau plasma yang lalai pasti kerugian dibebankan kepada patambak plasma,tapi kalau perusahaan yang lalai banyak alasan-alasan yang dibuat-buat oleh perusahaan.

Bapak Suwandi Baharudin Kepala kampong Bumi Dipasena Utama,mengatakan kejadian ini telah membuktikan ketidak mampuan Perusahaan PT CP Prima mengolola lahan pertambakan Bumi Dipasena ,jangankan untuk listrik seluruh Blok,untuk5 blok saja,perusahaan ini tidak mampu, bayangkan kalau 11 blok lainnya telah operasi?.pada siklus ke 2 bulan Maret lalu kejadian ini pernah terjadi,dan sampai saat ini penyelesaian pembayaran kerugian yang dialami plasma belum tuntas, dan sekarang terulang kembali,tuntutan plasma cukup sederhana saja ,seluruh biaya operasi ditanggung oleh perusahaan termasuk biaya bank,dan peruhaan harus membayar konpensasikerugian yang dialami masing-masing plasma

Menurut data yang dihimpun oleh Pengurus Perhimpunan Petambak plasma Udang Windu (P3UW) tambak yang mengalami kematian total adalah : Blok 2 = 158 tambak dan Blok 3 =32 tambak, rata-rata udang yang mati 1092 KG/tambak dan ratusan tambak lagi yang udangnya hanya mati sebagian, dikaranakan umur udangnya masih kecil,sehingga kebutuhan oksigen tidak terlalu besar,tapi perlu diingat udang telah mengalami stress dan itu akan berakibat buruk bagi pertumbuhan udang,bahkan biasanya udang akan mengalami kematian terus menerus,walau sedikit demi sedikit ,ujungnya plasma iniakan mengalami kerugian juga,baik akibat kurangnya populasi dan tidak maksimalnya pertumbuhan udang,demikian disampaikan EKO WAHONO biro Budi daya Perhimpunan Petabak Plasma Udang Windu (p3uw),beliau menambahkan andaikan petambak siap untuk memanen tambaknya,perusahaan tidak akan mampu menyiapkan es nya,andaikan es bisa diadakan, box es nya pun tidak akan cukup,andaikan box nya bisa diadakan,coldstorage nya pun tidak akan mampu menampung udang-udang yang mati tersebut, justuru kita curiga perusahaan ini sengaja tidak akan melakukan pemanenan ,itu dilakukan oleh perusahaan untuk menghindari biaya pemanenan. Sementara itu Riza Demanik Sekjen KIARA menyampaikan, selain harga udang yang ditetapkan tidak berdasarkan kesepakatan dengan plasma,juga mundurnya jadwal revitalisasi yang telah dijanjikan,kini PT Cp prima gagal memenuhi kewajibannya menyediakan aliran listrik,berulangkali PT Cp prima wanprestasi menjalankan Kewajibannya,sewajarnya kerugian plasma menjadi tanggungjawab Perusahaan dan pemerintah tidak boleh diam,hal ini tidak saja akan mengganggu komposisi pangan berbasis udang,tapi juga akan memperparah pasokan produksi udang Nasional.### baca juga http://regional.kompas.com/read/2010/08/12/22332436/Duh....Udang.Mati.Terpaksa.Dipanen-14

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline